Saat inflasi menyerang pasca Perang Dunia I, Denke menjual rumahnya dan tinggal di tokonya mulai tahun 1921.
Dia masih menerima migran dan tunawisma dan selama itu pula dia terus melakukan pembunuhan tanpa pernah diketahui orang-orang.
Korban yang dibunuh di rumahnya, kemudian diolah seolah-olah mereka adalah sapi, dan kemudian dijual di toko kecilnya.
Dia juga menjual sabuk kulit, tali sepatu kulit, dan suspender yang berasal dari kulit manusia.
Namun dia mengaku semuanya berasal dari kulit sapi.
Juga dia menjual setoples acar daging manusia tanpa tulang, yang diklaimnya berasal dari daging babi.
Namun, kedoknya mulai terbongkar setelah beragam kejanggalan terus-menerus terjadi.
Pertama, pada saat itu sutuasi ekonomi sedang memburuk karena krisis pasca Perang Dunia.
Namun dia terus melakukan kebaikan, dengan mengabaikan situasi ekonominya.
Kedua, Denke saat itu sangat miskin, dia tidak mampu membeli apapun karena hiper-inflasi.
Ketiga, hiper-inflasi menyebabkan semua barang menjadi mahal dan menyebabkan uang tidak berharga.
Tetapi bagaimana bisa Denke masih menjual daging acar dengan harga murah?
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR