Advertorial

Wanita Suku Himba, Tetap Jadi yang Terindah dan Mempesona Meski Tak Pernah Mandi, Inilah Rahasia Perawatan Kulitnya

Nieko Octavi Septiana
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Ada sebuah suku penggembala semi-nomaden di Kunene, daerah terpencil di Namibia yang sangat menarik.
Ada sebuah suku penggembala semi-nomaden di Kunene, daerah terpencil di Namibia yang sangat menarik.

Intisari-Online.com -Ada sebuah suku penggembala semi-nomaden di Kunene, daerah terpencil di Namibia yang sangat menarik.

Adalah suku Himba atau dikenal dengan suku merah. Citra suku Himba yang menarik dan mencolok membuat suku ini dikenal luas, terlepas dari tempat tinggal mereka yang terpencil.

Suku ini dikenal karena tak pernah mandi dengan air, hal yang dimaklumi karena mereka tinggal di lingkungan iklim gurun yang kekurangan air.

Tapi jangan salah, meski tak pernah mandi dengan air, wanita suku Himba diakui sebagai yang paling indah di seluruh Afrika.

Baca Juga: Kehidupan Ganda Fidel Castro: Mengaku Berpenghasilan Rp500 Ribu Sebulan & Benci Borjuis, Tapi Punya Pulau Pribadi dan Properti Mewah

Melansir CNN, mereka mengganti air denganotjize, seperti pasta mentega, lemak, dan oker merah - terkadang beraroma resin aromatik.

Para wanita Himba mengaplikasikan otjize setiap pagi pada kulit dan rambut mereka, memberi mereka rona merah yang khas. Pemandangan perempuan Himba tradisional telah menjadi gambar ikon Afrika.

Ada banyak spekulasi tentang asal usul praktik ini, dengan beberapa mengklaim itu untuk melindungi kulit mereka dari matahari, atau mengusir serangga.

Baca Juga: 'Kami Mati Hidup di Sini. Mau Keluar, ke Mana?' Ini Kisah Tobias yang Tinggal Bersama Istri dan 9 Anaknya di Gubuk Reyot dalam Kondisi Sulit

Tetapi Himba mengatakan itu adalah pertimbangan estetika, semacam rias tradisional yang mereka terapkan setiap pagi ketika mereka bangun.

Mengutip nationalgeographic.grid.id, wanita suku Himba juga menggunakan otjize di bagian rambut.

Sebelum dilumuri dengan otijize, mereka membentuk rambutnya seperti kepangan.

Tidak hanya untuk mempermudah pemakaian otjize, kepangan tersebut juga digunakan sebagai penanda status mereka.

Baca Juga: Mengapa Penusukan Wiranto Jadi 'Kabar Gembira' Bahkan Dianggap 'Berita Menyenangkan' oleh Sebagian Besar Masyarakat?

Bagi wanita yang belum menikah, mereka akan membagi kepangan rambutnya menjadi dua.

Sedangkan untuk wanita yang telah menikah, mereka akan membagi kepangan rambutnya dalam jumlah banyak.

Melansir CNN,hingga kini suku Himba masih banyak yang menjalani gaya hidup tradisional meski ada pembangunan.

Baca Juga: Pamer Gerakan Handstand pada Ibunya, Bocah Ini Alami Kelumpuhan, Awalnya Merasa Pusing dan Sakit Perut

Setiap pagi, setelah para wanita menerapkan otjize mereka, mereka memerah susu ternak, sebelum para pemuda desa membawaternak keluar untuk merumput.

Jika tidak ada tempat untuk merumput, desa mungkin pindah, atau para pemuda mendirikan desa sementara dengan persediaan mereka.

Rumah-rumah Himba, yang jumlahnya antara 30.000 dan 50.000, adalah bangunan bulat yang dibangun dari tiang pohon, diikat bersama untuk membentuk atap berkubah yang diplester dalam lumpur dan kotoran.

Baca Juga: Buaya Peliharaan Fidel Castro 'Pejuang Revolusi Kuba' Menggigit Lengan Seorang Pria, Buaya Sudah Beranak 11 Sejak Tiba di Swedia

Bagian terpenting dari desa Himba adalah "okuruwo," atau api suci ysng terus menyala melambangkan leluhur penduduk desa, yang bertindak sebagai perantara dewa Himba, Mukuru.

Artikel Terkait