Advertorial

Adat Suku Jivaro: Perburuan, Pemenggalan, dan Penyusutan Kepala Manusia, Masih Populerkah hingga Sekarang?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Rongga kepalanya kemudian diisi oleh bebatuan, kepala itu kemudian digosok-gosok menggunakan abu lalu digantung di atas api agar kering
Rongga kepalanya kemudian diisi oleh bebatuan, kepala itu kemudian digosok-gosok menggunakan abu lalu digantung di atas api agar kering

Intisari-Online.com - Pemenggalan kepala adalah praktek yang telah dilakukan oleh sebagian besar banyak budaya di seluruh dunia.

Misalnya, selama dinasti Qin di China kuno, dikatakan bahwa tentaranya mengumpulkan kepala musuh mereka yang mati dan menjadikannya ikat pinggang.

Hal ini dimaksudkan untuk meneror musuh-musuh mereka.

Terlepas dari kenyataan bahwa pemenggalan kepala bukanlah hal yang biasa, penyusutan kepala manusia adalah sesuatu yang unik bagi orang - orang suku Jivaro di Ekuador dan Peru.

Baca Juga: Kim Jong-un Eksekusi Jenderalnya dengan Melemparnya ke Tangki Berisi Ratusan Piranha, Intel Inggris: 'Klasik'

Bagaimana membuat kepala manusia menyusut

Proses penyusutan kepala dimulai dengan mendapat potongan kepala manusia atau laan dalam sebuah pertempuran.

Sebuah kepala dipenggal dari tubuhnya dengan memotong kulit di pangkal leher.

Sayatan dibuat di bagian belakang leher untuk mengupas daging dari tengkorak.

Baca Juga: Dilantik Jadi Anggota DPR RI, Ternyata Kekayaan Krisdayanti Ditaksir Capai Rp271 Miliar!

Seluruh tengkorak kemudian dikeluarkan dan dibuang.

Mata dijahit rapat, dan mulut ditutup menggunakan pasak kecil yang tajam menembus bibir.

Kulit itu kemudian dimasukkan ke dalam panci mendidih dan dibiarkan selama sekitar satu setengah sampai dua jam.

Ketika kepala dikeluarkan dari panci, ukurannya akan berkurang sekitar dua pertiga dari ukuran asli.

Tak hanya itu, teksturnya juga menjadi kenyal.

Setelah itu, kepala dikeringkan sehingga menyusut.

Rongga kepalanya kemudian diisi oleh bebatuan, kepala itu kemudian digosok-gosok menggunakan abu lalu digantung di atas api agar kering dan mengeras.

Baca Juga: Kulitnya Berjatuhan dan Kesakitan Tiap Bergerak hingga Dokter Menyerah, Bocah 9 Tahun Ini Putus Asa Bilang ke Ibunya Lebih Baik Mati

Setelah ini selesai, kepala diikatkan ke tali, lalu sudah dapat dikenakan sebagai kalung oleh prajurit.

Proses ini diakhiri dengan perayaan dan pesta.

Mengapa prajurit Jivaro menusutkan kepala?

Penyusutan kepala dilakukan untuk menenangkan arwah leluhur yang terbunuh.

Prajurit Jivaro percaya bahwa ritual menciutkan kepala dapat menyusutkan semangat musuh dan mencegah musuh untuk membalas dendam.

Lebih jauh, prosesi itu juga dipercaya dapat mentransfer kekuatan korban kepada si pembunuh

Tentu saja, praktik penyusutan kepala akhirnya dilarang karena mengerikan.

Namun, tradisi Jivaro ini masih memiliki daya pikat, dan saat ini, replika kepala yang mengerut masih populer, namun dibuat dari produk hewani.

Baca Juga: Kesaksian Personel KKO AL, Pengangkat Jenazah Korban G30S di Sumur Lubang Buaya, Jasad Jenderal Ahmad Yani Paling Mengenaskan

Artikel Terkait