Ketika terhubung ke Internet, tentu ada lalu lintas data. Pintu gerbang ini dikenal dengan istilah port.
Misalnya port 25 (Simple Mail Transfer Protocol/SMTP untuk mengirim e-mail atau surel), 110 (Post Office Protocol version 3/POP3 untuk menerima surel), port 21 (File Transfer Protocol/FTP untuk bertukar file), port 22 SSH (Secure Shell) port 23 Telnet, dan port 80 HTTP (Hypertext Transfer Protocol).
Jadi, bila kita mengakses suatu layanan di Internet, maka port-port di atas yang digunakan.
Saat berselancar (browsing), maka kita mengakses port 80 pada situs yang kita akses. Bila kita mengambil surel, maka digunakan port 110, dan seterusnya.
Untuk mengetahui port-port mana saja yang terbuka, bisa gunakan scanner seperti SuperScan atau UltraScan.
Jika ada port terbuka yang mencurigakan terbuka, segera cari tahu port apa itu. Bisa dengan googling.
Berpindah-pindah warnet
Melalui lubang-lubang itulah seorang peretas masuk dan mengacaukan komputer.
Jika itu server maka bisa mengacak-acak isi suatu situs. Jika situs itu merupakan situs transaksi, maka bisa menimbulkan kerugian uang.
Berkembangnya Internet yang merupakan gudang informasi membuat peretasan tak lagi dilakukan oleh orang-orang yang jago teknologi alias techno geek.
Sekarang ini peretasan sudah menjadi “permainan anak-anak” saja.
Contohnya Wildan, peretas situs pribadi Presiden SBY beberapa tahun silam.
Namun, peretas harus menyadari bahwa ketika ia masuk ke sebuah situs, ia meninggalkan IP Address yang unik tadi.
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR