Kalau tidak bisa menyembunyikan, cepat atau lambat akan terlacak.
Seperti yang dialami Wildan. Ia bisa ditangkap karena dari IP Address yang tertinggal mengacu ke warnet yang dijaga Wildan.
Nah, kasus Wildan ini bisa jadi cara untuk menyembunyikan diri. Yaitu, meretas sebuah situs melalui sebuah warnet.
Tentu jangan satu warnet. Satu situs, satu warnet misalnya. Mereka juga berupaya untuk tidak sampai meretas di warnet yang pernah dipakai.
Siapa tahu ada petugas yang memata-matai.
Jika tidak mau terbelenggu oleh berpindah-pindah warnet, yang bisa juga boros di ongkos, peretas akan menggunakan sistem proxy seperti yang sudah dijelaskan di awal.
Jadi, proxy ini bisa menjadi perantara peretas dan komputer atau situs yang diretas.
Akan tetapi, bukan sembarang proxy yang dipakai. Soalnya bisa kelacak juga.
Misalkan kita browsing ke www.google.com melalui proxy server X, maka Google hanya akan mengetahui dan mencatat nomor IP X, bukan nomor IP kita.
Akan tetetapi ketika kita meretas Google, maka Google akan mencari peretas dengan melihat log dari ISP kita yang melacaknya dari server X.
Dengan bantuan pihak lain semisal Telkom, keberadaan peretas akan bisa ditemukan.
Nah, untuk itu peretas harus mencari layanan Anonimous Proxy yang banyak bertebaran di dunia maya. Misalnya anonymouse.ws dan proxify.com.
Peretas tinggal memasukkan alamat IP/URL target di layanan tersebut dan mulailah browsing secara anonim.
Alamat IP peretas akan tercatat sebagai alamat proxy server di komputer target, bukan alamat IP peretas yang sebenarnya.
Tapi sekali lagi, itu juga bukan jaminan sebab teknologi pelacakan peretasan tentu juga berkembang.
Perlu juga diingat bahwa kejahatan cepat atau lambat akan terungkap. (Agus Surono/Intisari)
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR