Advertorial
Intisari-Online.com - Menjadi sosok pemimpin bangsa yang sangat inspiratif dan jenius, Bachruddin Jusuf Habibie merupakan ilmuwan sekaligus politisi yang sangat mencintai keluarga.
Banyak hal mengenaiHabibie yang dapat dikenang dan membuat kita kagum.
Bukan hanya kisah cintanya dengan Ainun, sumbangsih pengetahuannya juga mengagumkan.
Sejumlah tokoh negeri mengenang presiden ketiga RI kita sebagai sosok yang berhasil memimpin negeri dalam masa transisi di era Orde Baru ke era Reformasi yang lebih demokratis.
Selain nasionalismenya yang tak diragukan lagi, kegeniusan Habibie juga diakui dunia, khususnya dalam bidang kedirgantaraan lewat temuan "Crack Progression Theory".
Di dunia iptek, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Faktor Habibie, Teori Habibie, atau Fungsi Habibie.
Crack Progression Theory dianggap sangat penting dalam dunia dirgantara karena teori ini menjadi solusi dari masalah panjang yang dapat ditimbulkan oleh retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat mengalami guncangan selama take off dan landing.
Tak main-main, Faktor Habibie masih dijadikan pedoman dalam pembuatan pesawat terbang seluruh dunia hingga saat ini.
Berkat temuan pentingnya, Habibie dijuluki Mr Crack.
Memahami Crack Progression Theory dari Mr Crack
Di masa muda, Habibie sempat mengenyam bangku pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), dulu bernama Universitas Indonesia Bandung, tapi hanya satu tahun.
Sebab, Habibie mendapat beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliah di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochshule (RWTH) Jerman pada 1955.
Baca Juga: Inilah Muhammad Pasha Nur Fauzan, Cucu BJ Habibie yang Juga Tekuni Bidang Dirgantara
Habibie mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada 1960.
Kemudian Habibie melanjutkan studi doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen Jerman dan mendapatkan gelar doktor pada 1965.
Di sinilah Habibie mulai menggeluti bidang dirgantara.
Dilansir Tribunnews, julukan Mr Crack disandang Habibie karena keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).
Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoretisnya.
Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat.
Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja.
Namun, setelah titik crack bisa dihitung, derajat SF bisa diturunkan, misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan.
Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.
Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.
Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.
Bahkan, angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.
Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat.
Sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas.
Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.
Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatigue menjadi turun.
Harapan Baru Habibie pada R80
Visi dirgantara Indonesia baru berlanjut pada 2017 dengan berhasilnya uji terbang pesawat N-219, sebuah pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang di dalam kabin.
Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.
Habibie pernah mengatakan bahwa bila industri dirgantara hendak berjaya, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.
R80 ini mampu mengangkut 80-90 penumpang dengan kecepatan maksimal 611 kilometer per jam dan kecepatan ekonomis 537 kilometer per jam.
Baca Juga: Cerita Saudi, Petugas Makam yang Kerap Berjumpa Habibie saat Berziarah, Kini Ia Menggali Makamnya
Sekali melesat, pesawat ini juga mampu menjangkau 1.480 kilometer.
Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025 dan bersamanya, harapan Habibie akan kejayaan industri dirgantara Indonesia akan mengudara.
Selamat terbang eyang Habibie, selamat bertemu ibu Ainun di keabadian
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Habibie Wafat, tapi Mr Crack dan Teorinya Akan Terus Hidup di Dunia"