Namun, 3 bulan terakhir debit air kali semakin berkurang. Bahkan kali nyaris kering.
"Sekarang tanah sawah sudah mulai kering. Padi, jagung, dan kacang banyak yang sudah kering dan mati. Banyak pemilik yang sudah menyerah. Mereka lepas saja."
"Itu karena sudah tidak ada harapan lagi tanaman mau hidup. Kami yang bertahan ini supaya ada hasil sedikit."
"Mungkin untuk kembali modal awal dan untuk makan tahun ini tidak cukup," tutur Alfridus.
Ia melanjutkan, selain debit air yang sangat kecil, faktor yang membuat pasokan air berkurang masuk ke saluran irigasi disebabkan pintu bendungan yang sudah lama rusak.
"Dua pintu penyangga air lantainya sudah terkikis dan berlubang. Jadinya air banyak yang merembes melalui lubang lantai bendungan."
"Rusaknya sudah lama tetapi belum ada perbaikan dari pemerintah. Untuk menutupi lubang, kami terpaksa sumbat pakai karung berisi pasir."
"Tetapi, usaha itu tetap tidak bisa airnya tetap bocor. Jadinya yang alir ke saluran irigasi itu sedikit," ungkap Alfridus.
Ia menambahkan, selain lantai bendungan yang sudah rusak, satu pintu untuk pengairan lahan sawah Desa Reroroja sudah tidak bisa dibuka.
Saat ini, saluran air menuju lahan sawah Desa Reroroja sudah kering karena pintu untuk aliran air sudah tidak bisa dibuka.
"Pintunya sudah rusak. Lahan sawah mereka di Desa Reroroja sudah kering. Air sudah tidak bisa mengalir ke sana lagi," tambahnya.
Ia mengaku, para petani dari 2 desa itu sudah melaporkan kerusakan bendungan ke dinas PU dan Pertanian Kabupaten Sikka.
Namun, hingga saat ini belum ada respon untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
"Untuk ambil air yang bocor itu kami pakai mesin pengisap air. Kami petani di sini patungan beli solar untuk isap air dari kali."
"Pipa-pipa juga kami beli untuk sambung dari kali masuk ke irigasi," tutur Alfridus.
Baca Juga: Arkeolog Temukan 'Ponsel' Berusia 2.100 Tahun di Kuburan Wanita di Rusia, Begini Wujudnya
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR