Advertorial
Intisari-Online.com - Garda Satwa, sebuah komunitas pecinta hewan, telah menemui tim Ria Ricis untuk membahas seputar konten makan gurita hidup-hidup yang diunggah di kanal YouTube Ricis Official pada 22 Agustus 2019.
Anisa Ratna Kurnia selaku sekretaris Garda Satwa Indonesia mengatakan, pertemuan dilakukan pada Sabtu (31/8/2019) malam.
"Kami bertemu dengan timnya saja. Ria Ricis tidak hadir," ujar Anisa saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.
Anisa mengatakan, dalam pertemuan tersebut pihaknya kembali menyampaikan kritiknya terhadap video berjudul "PERTAMA KALI MAKAN GURITA Hidup! MUKBANG KOREA tersiksa!" tersebut.
Tim Ricis kemudian memberikan penjelasan sama seperti klarifikasi yang ditulis dalam insta story akun Instagram Ria Ricis.
Mereka menyebut gurita yang tampak hidup dalam video tersebut sebenarnya sudah dalam keadaan mati.
Gurita bergerak karena pengaruh garam dan bumbu-bunbu lainnya yang membuat otot hewan tersebut berkontraksi.
"Kami kemudian minta tim Ricis untuk mengubah judul konten tersebut," ujar Anisa.
Telah diberitakan sebelumnya, dalam akun instagram @gardasatwafoundation, Garda Satwa melontarkan kritiknya terhadap konten video Ria Ricis.
Dalam video berdurasi 10 menit dan 36 detik tersebut Ria Ricis bersama timnya mengaku tengah berada di Korea dan akan mencoba makanan ekstrem, gurita hidup.
Tampak beberapa ekor gurita dengan organ tubuh lengkap ditempatkan dalam sebuah baskom.
Gurita tersebut masih tampak bergerak saat Ricis dan tim akan memakannya.
Berulang kali Ricis dan tim menyebut bahwa gurita tersebut memang masih hidup.
Di akhir video, tim Ricis memotong-motong gurita tersebut dan memasaknya.
"Ini sih gurita yang tadi kita makan hidup-hidup udah jadi makanan," sebut Ricis.
Terlepas dari kebenaran mana yang terjadi apakah memakan gurita hidup-hidup atau yang sudah meninggal, sebenarnya apa yang dirasakan gurita saat dimakan hidup-hidup?
Jennifer Mather, PhD, seorang profesor psikologi di University of Lethbridge telah melakukan penelitian tentang itu dan mengungkap kebenarannya.
Dia telah mempelajari gurita dan kerabat dekat mereka sejak tahun 1978, dan telah melakukan penelitian lapangan yang luas ke dalam pikiran makhluk cephalopoda.
Sebagaimana dilansir dari Vice, kemungkinan reaksi gurita terhadap rasa sakit mirip dengan vertebrata.
Mereka dapat mengantisipasi situasi yang menyakitkan, sulit, penuh tekanan, mereka dapat mengingatnya.
Sama sekali tidak ada keraguan bahwa mereka merasakan sakit.
Baca Juga: Berkenalan dari Game Online, Wanita Ini Menikah dengan Seorang Pria Bule, Begini Kisahnya
Gurita memiliki sistem saraf yang jauh lebih terdistribusi daripada manusia.
Jika Anda melihat manusia, sebagian besar neuronnya terletak di otak, namun gurita tiga perlima neuronnya ada di lengannya.
Jika Anda mendapat potongan lengan, karena memiliki banyak sistem kontrol, maka mereka akan bereaksi terhadap rangsangan.
Tetapi mereka mungkin tidak sepenuhnya "merasakan sakit," karena mereka terputus dari otak.
Tetapi gurita, yang telah Anda potong-potong, merasa sakit setiap kali Anda melakukannya.
Sama menyakitkannya seperti babi, ikan, atau kelinci, jika Anda memotong kaki kelinci sepotong demi sepotong.
Jadi itu hal yang biadab dilakukan pada hewan.
Gurita juga memiliki memori spasial.
Mereka tidak hanya dapat mengingat di mana rumah mereka berada, tetapi mereka dapat pergi keluar dan berburu, kembali, dan kemudian pergi keesokan harinya dan berburu di tempat yang berbeda.