Foto dan video yang dibagikan di media sosial menunjukkan gumpalan asap besar yang berasal dari kebakaran hutan.
Sebuah peta dari program satelit Uni Eropa, Copernicus, menunjukkan asap menutupi sebagian besar negara dan pindah ke negara-negara terdekat.
The scale of the Siberian wildfires is underlined by this animation of the huge area of the smoke cloud: more than 5 million km².
— WMO | OMM (@WMO) August 12, 2019
For comparison, the EU is about 4.5 million km² and the contiguous US about 8.1 million km².
(Via @anttilip of @IlmaTiede)pic.twitter.com/RDhntqaDEO
Amazon adalah hutan tropis terbesar di dunia, dan kebakaran tahun ini mewakili peningkatan 83 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018, Reuters melaporkan.
Pejabat dengan INPE mengatakan cuaca kering dan faktor-faktor alam semata-mata yang harus disalahkan atas kenaikan dalam kobaran api.
"Tidak ada yang abnormal tentang iklim tahun ini atau curah hujan di wilayah Amazon, yang hanya sedikit di bawah rata-rata," kata peneliti INPE Alberto Setzer, menurut Reuters. "Musim kemarau menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk penyebaran api, tetapi menyalakan api adalah pekerjaan manusia, baik sengaja atau tidak sengaja."
World Wildlife Fund (WWF) mengatakan bahwa jika Amazon mencapai "titik tidak bisa kembali," itu bisa mulai mengeluarkan karbon, yang merupakan "pendorong utama untuk perubahan iklim global."
Para aktivis menyalahkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro atas kebakaran tersebut, mencatat bahwa gelombang kebakaran dimulai ketika ia menjabat pada Januari, menurut laporan Reuters.
Bolsonaro bersumpah untuk mengeksplorasi potensi ekonomi Amazon dan mengutuk peringatan deforestasi yang dapat mengganggu negosiasi perdagangan.
Baca Juga: Momen Emosional Ketika Suku Terisolasi Amazon Bertemu Saudaranya yang Disangka Telah Meninggal
Source | : | People.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR