Advertorial

Momen Emosional Ketika Suku Terisolasi Amazon Bertemu Saudaranya yang Disangka Telah Meninggal

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Kisah mengenai konflik antara Suku Kurobo dan Suku Matis ini, dua suku dari pedalaman hutan Amazon yang masih hidup dengan mengisolasi diri.
Kisah mengenai konflik antara Suku Kurobo dan Suku Matis ini, dua suku dari pedalaman hutan Amazon yang masih hidup dengan mengisolasi diri.

Intisari-online.com - Di dunia ini banyak sekali kehidupan yang belum terjamah, termasuk orang-orang yang masih hidup dengan tenang di tengah hutan.

Meski tidak terjamah dengan modernisasi dan hidup secara primitif, ternyata mereka juga memiliki konflik yang berjalan selama ratusan tahun.

Salah satunya adalah kisah mengenai konflik antara Suku Kurobo dan Suku Matis ini, dua suku daripedalaman hutan Amazon yang masih hidup dengan mengisolasi diri.

Melansir Daily Mirror pada Kamis (11/4/2019), Suku Kurobo adalah kelompok yang terpisah dari suku utama di Amazon 4 tahun lalu.

Baca Juga : 4,5 Tahun Tenggelamkan 488 Kapal, Menteri Susi Bangga Indonesia Kini Jadi Penyuplai Tuna Terbesar Dunia

Hal itu terjadi setelah perselisihan internal dengan suku Matis.

Karena hal itu, ekspedisi Funai, dari departemen urusan adat Brazil mencoba menyatukan kembali suku-suku ini untuk menghentikan perang berdarah.

Kurobo yang dikenal dengan sebutan 'incluber indians' karena memiliki tongkat setinggi bahu, digunakan untuk membuka tengkorak musuh mereka.

Sedangkan Matis, adalah kelompok suku yang terkenal kejam dengan busur panah, dan senapan panjang beracun untuk membunuh mereka.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Persaingan keduanya telah berlangsung selama puluhan tahun sejak 1920, ketika itu Matis menangkap dua gadis Kurobo dan membawanya kembali ke desa mereka.

Kemudian mereka menjadi bagian dari suku.

Pada 2015 Kurobo berpisah setelah perselisihan, sekelompok Kurobo memilih memisahkan diri dari hutan untuk menghindari Matis.

Setelah berlangsung selama puluhan tahun, permusuhan ini membuat Departemen Pemerintah Brazil khawatir, dan meluncurkan ekspedisi terbesar dalam 20 tahun.

Baca Juga : Belajar dari Kebangkrutan, Lya Sukses 'Kembangkan' Modal Rp6 Juta, Jadi Omzet Rp800 Juta Per Bulan

Mereka didukung oleh Polisi Federal dan tentara Brazil, untuk menyatukan Kurobo dan Matis.

Anggota ekspedisi melakukan perjalanan 9 hari untuk bertemu Kurobo dan memastikan mereka aman.

Namun, saat mereka bertemu dengan Kurobo justru sebuah momen emosional terjadi, kelompok ini memeluk dua orang dari ekpedisi tersebut yang tak lain adalah saudaranya.

Mereka mengira bahwa,saudaranya tersebut sudah meninggal sejak mereka memisahkan diri.

Baca Juga : 'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat

Pemimpin ekspedisi Pereira mengatakan, "Kami segera menemukan bahwa dua Kurobo datang ke arah kamu dan kami membawa saudara lelaki berdarah Kurobo yang merupakan bagian dari tim."

Mereka menari, bernyanyi, dan berpelukan dengan riang, saat bersatu kembali dengan saudaranya yang terpisah selama 4 tahun.

Momen tersebut digambarkan sebagai momen emosional, ketika kelompok ekpsedisi dengan hati-hati mendekatinya.

Sebelum akhirnya mereka berbagi momen emosional, setelah bertemu dengan saudara yang telah lama terpisah.

Baca Juga : Tak Semua Suku Suka Membunuh Seperti Suku Sentinel, Ini Potret 10 Suku yang Paling Terisolasi di Dunia

Kemudian, ekpedisi ini berlanjut untuk betemu dengan semua dari 34 anggota suku Kurobo, termasuk 21 anak di bawah 16 tahun dan bayi.

Mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan divaksinasi, semua sehat kecuali 1 orang yang diketahui menderita malaria.

Amazon merupakan rumah bagi banyak suku yang tidak terkontak dengan dunia luar.

Setidaknya ada 100 kelompok terisolasi di hutan hujan tropis, cagar alam lembah Javari adalah tempat tinggal Kurobo dan Matis, dan rumah dari 7 suku yang tidak terhubung.

Baca Juga : Kisah Jembatan Overtoun yang ‘Angker’: Tempat 600 Anjing Bunuh Diri

Sedikitnya, mereka hanya diketahui menembakan panah pada orang asing dan pesawat yang melintas di atasnya.

Pada dasarnya, mereka hanya menghindari kontak dengan dunia luar dan bersembunyi jauh di dalam hutan.

Sejak 1987, organisasi Funai, mendedikasikan untuk menjaga kelangsungan hidup orang-orang indiana yang tidak terhubung dengan dunia luar.

Artikel Terkait