Advertorial
Intisari-Online.com -Ada yang bilang, kesuksesan usaha itu tergantung pada seberapa kuat mental orang menjalaninya.
Mungkin itulah yang ingin dibuktikan olehLya Nilandewi atau yang kerap disapa Lya.
Seorang pengusaha konveksi baju-baju muslim yang diberi nama Lya Moslem Gallery ini membuktikan bahwa kesuksesan yang diraihnya kini tidak datang serta merta.
Bahkan dirinya sempat berada di titik terendah dalam berwirausaha saat tokonya bangkrut.
Baca Juga : Pengusaha Durian Ini Akan Beri Rp4 Miliar Jika Ada Pria yang Mau Menikahi Putrinya, Anda Bersedia?
Berikut ini kisahnya.
Awalnya, Lya menekuni usaha kuliner. Namun dia merasa usaha kuliner tidak cocok dengannya karena memakan banyak tenaga dan mudah basi. Lya akhirnya berputar haluan menjual baju-baju hijab setelah diajak kakaknya.
Lya mulai menjual baju-baju hijabnya di tempat arisan. Kemudian usaha itu terus berkembang hingga memiliki toko dan konveksi sendiri.
Sayangnya, toko itu bangkrut karena penumpukam stok dari konveksi sementara pembeli tidak sesuai harapan.
Belajar dari kebangkrutan
Dari kebangkrutan itu, Lya belajar banyak hal. Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan usaha konvensionalnya dan beralih ke sistem online.
Dia memberlakukan sistem pre-order sehingga tidak ada stock yang terbuang. Lya seorang pekerja keras. Biasanya dia mampu bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam.
Namun, saat itu Lya belum memiliki brand sendiri. Dia hanya maklum, brand-brand terkenal yang nantinya dikirim ke Asia dan Eropa. Omzetnya pun hanya Rp 60 juta per bulan.
"Produk yang saya buat nanti di re-branding di Malaysia. Kemudian di ekspor ke Asia dan Eropa termasuk Korea," kata Lya Nilandewi kepada Kompas.com, Kamis (11/4/2019).
Pada Mei 2017, Lya kemudian mengikuti ajang Citi Microentrepreneurship Award (CMA) dan keluar menjadi juara dalam kategori Best Women Microentreprenurship.
Ajang ini membawa perubahan bagi bisnis yang digelutinya. Berkat arahan mentor, Lya lebih mengerti pemasaran dan perekrutan tenaga kerja. Dia pun disuruh membuka brand sendiri agar keuntungannya semakin bertambah.
"Dari situ perubahannya banyak banget. Tenaga kerja saya lebih banyak dan omzet penjualan pun lebih meningkat," ucap Lya.
Baca Juga : Kisah Pengusaha Ajik Krisna, Belum Punya Rumah Sendiri, Tapi Punya Koleksi Mobil Berharga Miliaran
Bangun brand
Bulan November 2017, Lya mulai membuka brand sendiri dengan modal Rp 6 juta.
"Cuma Rp 6 juta, ha ha ha. Saya inget banget waktu itu beli kain pake kresek untuk bikin dua model saja. Kemudian saya promosikan di instagram. Saya pun selanjutnya cari endorse gratisan," ungkap Lya.
Setahun berselang, usahanya laris manis. Dia juga terus membangun relasi dengan agen-agen. Saat ini, sudah terdapat 95 agen yang berbisnis bersamanya.
Produknya telah berhasil menembus pasar Malaysia dan Jepang. Baju muslim dan khimar yang dibandrol dengan harga Rp 500.000 sampai Rp 600.000, telah mendapat pesanan hingga 1.000/model per hari. Lya mengaku kewalahan dengan pesanan yang selalu membludak setiap hari.
Pegawainya Pun bertambah banyak. Awalnya dia hanya memiliki 10 karyawan dengan 3 orang dibagian penyelesaian (finishing). Saat ini, karyawannya telah mencapai 50 orang.
Dalam setahun sejak membuka brand sendiri, omzetnya telah mencapai ratusan juta rupiah per bulan, yaitu Rp 800 juta.
Menurut Lya, omzet tersebut mampu dia raih karena dia orang pekerja keras, membangun relasi, terus menghargai produktivitas para karyawan, dan mempelajari kebutuhan pasar.
"Saya pekerja keras. Kalau belum capai target terus saya kerjakan. Selain itu saya juga terus membangun relasi dan menghargai produktivitas karyawan. Saya suka adakan gathering agar karyawan semangat. Jangan lupa, selalu ikut keinginan pasar sekarang," papar Lya.
(Fika Nurul Ulya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pengusaha Konveksi, Bermodal Rp 6 Juta, Kini Beromzet Rp 800 Juta Per Bulan".
Baca Juga : Maia Estianty Menikah dengan Pengusaha Kaya, Ini Hal yang Anda Rasakan Jika Punya Pasangan Mapan dan Sukses