Advertorial
Intisari-online.com - Sebuah keluarga di desa Eburinde, Kecamatan Butere di Kakamega, Kenya, Afrika terkejut dan sedih setelah para pejabat memutuskan membongkar paksa makan kerabatnya.
Martin Shikuku Alukoye (31) bekerja dengan Dinas Pemuda Kabupaten Kakamenga, meninggal pada (7/8) dan dimakamkan pada (11/8).
Dia tewas tenggelam di Sungai Eburinde, dilaporkan karena menderita epilepsi, menyebabkannya pingsan dan tenggelam saat menyeberangi sungai.
Menurut Daily Nation Rabu (14/8/19), dia diketahui bekerja di Dinas Pemuda Kabupaten Kakamega, dan dimakamkan dengan seragam dinasnya.
Namun, pada tanggal 12 Agustus administrator wilayah komunitas itu mengunjungi rumahnya, dan memutuskan untuk mengambil kembali pakaiannya.
Padahal, pakaian itu telah dikuburkan bersama dengan jenazah pada (11/8).
Saat itulah pejabat daerah setempat memutuskan, agar makamnya digali kembali untuk mengambil seragam tersebut.
Meski ditolak keluarganya, mereka masih nekat menggalinya dengan paksa demi mengambil pakaian dinas itu kembali.
Bahkan, pejabat daerah melakukan tindakan itu, tanpa menunggu perintah pengadilan, dan secara paksa mereka menggali makam tersebut.
Keluarga yang pasrah hanya menyaksikan bagaimana peti mati itu dibawa keluar dari kubur, mayatnya dilucuti dan ditanggalkan tanpa seragam.
Menurut mereka tindakan membongkar makam adalah hal tabu, apalagi bagi pihak keluarga.
"Para petugas menentang hukum negara dan hukum nenek moyang kita ketika mereka membongkar peti mati, hanya untuk mengambil kembali seragam itu," kata Francis Mutumba, paman dari pria yang meninggal itu.
Asisten Kepala Sub-Lokasi Daniel Namayi, mengutuk cara tersebut, dan dia mengancam akan membantu keluarga dalam mengambil tindakan hukum.
"Setelah mayat dikubur, itu mengharuskan siapapun dengan keluhan untuk mendapatkan perintah pengadilan, untuk menggali kembali, itu melanggar hukum," kata Namayi.
Menurut keyakinan setempat jenazah yang meninggal karena tenggelam tidak boleh dikubur ketika matahari bersinar, namun para pejabat yang menggali kembali mayat untuk mengambil pakaiannya sangat mengejutkan.
Menurut budaya klan, mereka yang berpartisipasi dalam proses penggalian dianggap tabu, harus dibersihkan dengan sapi atau kambing yang disembelih.
Jenazah dimakamkan kembali pada Senin (12/8) setelah dibongkar, dan para tetua melakukan ritual untuk membersihkan keluarga.