Advertorial
Intisari-Online.com - Orangtua mana yang tak bangga mengetahui anaknya berhasil menggapai sebuah capaian?
Rasa haru seperti itu pun dirasakan oleh seorang istri sopir truk di Mamasa, Sulawesi Barat.
Ia tak kuasa menahan tangis haru saat tahu anaknya lolos sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( Paskibraka) Nasional, menyisihkan ratusan siswa lain dari Sulawesi Barat.
Wisko Pralistra, remaja 15 tahun asal pegunungan Mamasa, Sulawesi Barat, dinyatakan lolos seleksi menjadi salah satu anggota Paskibraka pada Upacara HUT ke-74 RI di Istana Negara, pada 17 Agustus 2019 mendatang.
Wisko merupakan anak pertama dari pasangan Widyawati (34) dan Juniawan (38).
Wisko lahir di Mamasa, Sulawesi Barat, pada 3 September 2003.
Ibunya sehari-harinya bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Pemkab Mamasa.
Sementara ayahnya, Juniawan, berprofesi sebagai sopir truk.
Sebelum diberangkatkan ke jakarta, Wisko dilepas secara simbolis oleh Pemkab Mamasa.
Pelepasan ditandai dengan pengalungan syal kain tenun Mamasa, sebagai tanda Wisko merupakan anak asal Mamasa yang mewakili Sulawesi Barat.
Sebelum dinyatkan lolos menjadi Paskibraka, Wisko Pralistra mengaku telah melalui sejumlah proses tahapan seleksi dan latihan.
Salah satunya seleksi di tingkat kabupaten dan tingkat provinsi, hingga dirinya diyatakan terpilih mewakili Sulbar ke Jakarta.
Wisko merasa bangga menjadi salah satu anak Mamasa yang lolos menjadi anggota Paskibraka nasional.
“Senang dan bangga. Setelah latihan keras selama lebih dari satu bulan, saya akhirnya terpilih mewakili Sulawesi Barat,” kata Wisko.
Kisah Wisko mengundang perhatian sejumlah kalangan.
Tak ada yang menyangka anak sopir truk ini terpilih di antara ratusan siswa lain di wilayah tempat tinggalnya.
Rasa haru dan bangga terpancar di raut wajah Widyawati.
Baca Juga: Orangtua Ini Syok Jenazah Anaknya Tidak Ada di Peti Mati, Justru Mendapati Isinya Seperti Ini
Saat ditemui di kediamanya, Widyawati menyatakan tidak menyangka, anaknya mendapat kepercayaan dan tanggung jawab besar.
Widyawati mengatakan, anaknya tak cuma membawa nama keluarga, namun juga membawa nama daerahnya dengan menjadi salah satu pengibar bendera di Istana Negara.
“Saya tak pernah menyangka Wisko bisa terpilih mewakili Sulawesi Barat ke Jakarta.
Ini jelas kami bangga dan senang, karena dia mendapat kesempatan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di istana,” kata Widyawati.
Hidup sangat sederhana
Wisko bersama Ibu dan keluarganya tinggal di rumah kayu berukuran 4x6 meter milik di Desa Osango, Mamasa.
Tak ada perabotan mewah. Hanya ada sejumlah peralatan dapur dan sepatu lusuh yang setiap hari digunakan Wsiko ke sekolah.
Sepatu itu juga yang digunakan Wisko untuk berlatih baris-berbaris, hingga dirinya diyatakan lolos seleksi Paskibraka.
Di dalam kamarnya pun tak ada barang mewah.
Hanya satu foto kecil milik Wisko dan sebuah alas tidur atau kasur usang yang masih dipakai.
Namun, keterbatasan orangtuanya tak mengurangi niat dan semngat Wisko menjadi siswa berprestasi.
Wisko dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun berlatih.
Di mata kedua orangtua, Wisko dikenal sebagai pribadi sederhana dan sabar.
Meski tahu orangtuanya hidup terbatas, Wisko tak pernah patah semangat dalam belajar.
Juniawan, Ayah Wisko yang berprofesi sebagai sopir truk bangunan mengatakan, rasa lelah dan cepeknya bekerja tiba-tiba sirna setelah mendapat kabar anaknya bakal menjadi duta pengibaran Bendera Merah Putih di Istana.
Juniawan mengatakan, selama ini dirinya banting tulang bekerja, agar anakanya bisa sekolah dan mewujudkan cita-cita.
Namun, ia bangga memiliki anak seperti Wisko yang sederhana dan mau menerima apa adanya kondisi kedua orangtuanya.
Bupati Mamasa Ramlan Badawi mengatakan, selama Kabupaten Mamasa terbentuk, baru kali ini ada perwakilan dari Mamasa yang lolos ke Jakarta sebagai anggota Paskibraka.
Pemerintah daerah berjanji akan memberikan beasiswa kepada Wisko, termasuk membiayai Wisko hingga ke perguruan tinggi.
“Kami terus terang bangga bahwa di Mamasa juga punya banyak talenta seperti Wisko,” kata Ramlan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Anak Sopir Truk Terpilih Jadi Paskibraka Nasional, Tangis Ibu hingga Putra Kebanggaan Daerah"