Advertorial
Intisari-Online.com - Ibu Meli, dengan bobot tubuh 73 kg dan tinggi 158 cm, setengah tidak percaya ketika membaca hasil tes laboratorium di tangannya. Ternyata kadar kolesterol darahnya masih dalam batas normal.
Sementara, sahabat karibnya, Ibu Lala yang berpostur tinggi langsing, juga terperangah. Hasil tes justru menunjukkan hiperkolesterolemia, di atas 300 mg/dl.
“Wah, apa enggak ketukar, nih?” protes Lala pada petugas laboratorium klinik tempat dia memeriksakan darah.
Banyak orang beranggapan, tubuh gemuk identik dengan kadar kolesterol tinggi. Sebaliknya, anggapan orang kurus akan aman dari keadaan tersebut, juga tidak sepenuhnya benar.
Memang, kadar kolesterol total maupun jenis tertentu (seperti LDL dan trigliserida) yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi kesehatan, khususnya jantung. Karena itu, kita selalu was-was dengan hasil laboratorium yang demikian.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat fenomena yang menunjukkan seringnya angka kejadian kasus obesitas atau kegemukan dibarengi dengan peningkatan kolesterol.
Walaupun mekanisme hubungan ini belum terpapar jelas, upaya menurunkan bobot badan bagaimanapun berpengaruh nyata untuk menurunkan kadar kolesterol.
Makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi maupun lemak jenuh juga berpengaruh secara signifikan pada kolesterol dalam tubuh.
Baca Juga: Simak, Ini 5 Tips Mengontrol Kolesterol Secara Efektif, Apa Saja?
Apakah seseorang itu bertubuh gemuk atau tidak, pengaturan diet rendah kolesterol dan lemak jenuh merupakan salah satu cara efektif untuk mengendalikan kadar kolesterol darah.
Hanya saja pada keadaan tertentu, pengaturan diet saja tidak cukup. Penanganan medis lebih lanjut bisa saja diperlukan.
Sebenarnya, faktor yang dapat memicu meningkatnya kadar kolesterol dalam darah tidak hanya bobot tubuh atau konsumsi lemak jenuh, sebagaimana pemahaman yang beredar di masyarakat.
Masih ada faktor lain yang tidak kalah populer dibandingkan dengan bobot tubuh dan lemak jenuh, yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, juga keturunan atau bawaan.
Dengan bertambahnya usia (gemuk atau kurus), pria maupun wanita mempunyai kecenderungan kolesterol yang meningkat. Wanita yang menginjak usia menopause (kadar LDL lebih tinggi) tentu perlu perhatian khusus.
Baca Juga: Pakar: Ternyata Durian dan Santan Tidak Mengandung Kolesterol
Untuk menghindarinya, menghindari aktivitas fisik secara teratur dibarengi kebiasaan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak minum alkohol, dan mengonsumsi menu makanan yang seimbang.
Namun demikian, faktor risiko tidak lebih dari faktor lain, manifestasinya akan lebih buruk jika dibandingkan dengan faktor risiko lain seperti kegemukan dan penyakit diabetes.
Untuk mencegahnya, sebaiknya lakukan aktivitas fisik secara teratur dibarengi kebiasaan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak minum alkohol, dan mengonsumsi menu makanan yang seimbang.
Yang sulit dikendalikan justru faktor keturunan. Walaupun angka kemungkinan kolesterol tinggi juga menimpa anak-anak dan remaja.
Kecenderungan itu dikhawatirkan menjadi cikal bakal gangguan kesehatan, khususnya jantung. Meski faktor keturunan bukan satu-satunya penyebab, pola makan maupun gaya hidup mereka tidak terlepas dari pola yang berlaku dalam keluarga.
Baca Juga: Ini Makanan yang Harus Dihindari dan yang Bisa Dikonsumsi untuk Cegah Kolesterol Tinggi
Sebab itu, melakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara dini pada anak-anak maupun remaja menjadi penting agar segera dicegah kemunculannya. Apalagi, kalau orangtuanya penderita kolesterol tinggi atau punya riwayat penyakit jantung.
Bahwa si gemuk memiliki kadar kolesterol normal sebenarnya belum berarti ia sepenuhnya bebas masalah.
Pasalnya, penelitian menyatakan, angka kejadian beberapa penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker, radang sendi, peningkatan kadar asam urat dan batu empedu lebih sering didapati pada orang gemuk, walaupun tidak mutlak disertai kadar kolesterol tinggi.
Jadi, yang penting, hindari gangguan kesehatan akibat kadar kolesterol tinggi. Langkah awal yang mudah dan praktis yaitu menjaga bobot badan dalam batas normal dengan kombinasi menu sehat dan seimbang, disertai aktivitas fisik cukup dan teratur.
Ditulis ulang dari buku Advis Medis Intisari, tulisan Dr. Marcella Rumawas, M.Sc.,Ahli Gizi, Jakarta.