Intisari-Online.com - Berita tentang orang-orang yang melakukan bunuh diri karena utang bukanlah hal baru.
Pelaku ini tertekan akibat utangnya yang sedemikian tinggi dan penagihan yang sewenang-wenang dari salah satu pemberi pinjaman online.
Utang pada dasarnya sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah kehidupan manusia.
Sejak terciptanya uang dengan beragam bentuknya sebagai alat bayar, mungkin utang atau pinjam meminjam dengan adanya sejumlah kompensasi saat membayarnya sudah timbul.
Sama seperti transaksi keuangan lainnya, utang sebenarnya adalah perantara untuk mendapatkan suatu tujuan. Jadi utang adalah kendaraan kita dalam mencapai tujuan tertentu.
Baca Juga: Utang 'Online' : Begini Cara Mengelolanya Supaya Tidak Mencekik
Oleh karenanya keberhasilan pencapaian atau mencapai tujuan tadi sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita mengelola kendaraan tadi dengan baik.
Ibarat mobil, untuk mencapai tujuan tertentu kita harus bisa mengelola waktu, emosi dan cara mengendarai kendaraan tadi.
Kuncinya di pengelolaan
Dalam perencanaan keuangan, utang bukanlah menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, bahkan dalam skala prioritas, pembayaran utang bahkan harus didahulukan dibandingkan dengan melakukan investasi apalagi dibandingkan konsumsi.
Utang pada dasarnya membantu kita untuk memperoleh sesuatu aset yang belum saatnya kita miliki, membantu masalah keuangan untuk jangka pendek, dan juga alternatif pendanaan sebelum kita menggunakan dana kita yang belum cair.
Baca Juga: Utang 'Online' : Menyelamatkan Sekaligus Menjadi Ancaman
Karena itulah, penggunaan utang tidak boleh sembarangan. Sebab hukum dalam utang itu jelas yaitu ketika kita berutang maka kita harus membayar. Tidak ada alasan lain.
Karena harus bayar, maka saat berutang kita memang harus benar-benar pintar dalam pengelolaannya. Dimulai dengan tujuan pengambilan utang, besaran utang yang akan kita ambil dan terakhir darimana utang itu diambil.
Masalahnya, kita sering membalik urutan tadi. Karena kemudahan untuk mengambil maka kita menganggapnya sebagai kesempatan untuk mendapat uang tambahan.
Padahal kita belum mengetahui bagaimana sistem di lembaga pemberi utang tadi, besaran tidak disesuaikan dengan kemampuan bayar dengan anggapan “karena mudah, maka kalau bisa banyak kenapa harus sedikit?”
Pada akhirnya ketika dana itu cair, tidak jelas tujuan pengambilan utang akibatnya kebanyakan digunakan untuk memenuhi keinginan yang tidak jelas.
Baca Juga: Merasa Miliki Utang, Miliuner Ini Gusur Rumah Kumuh dan Menggantinya dengan Rumah Mewah, Gratis!
Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan Judul "Pikir Dulu Pendapatan Sebelum Berutang" oleh Eko Endarto, Financial planner di Finansia consulting
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Natalia Mandiriani |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR