"'Ma, tadi kita push up. Ma, tadi kita begini'. Saya juga bilang, 'itu hal biasa nak, itu konsekuensi ikut paskibraka'. Tapi waktu saya lihat tangannya luka, hitam, saya bilang 'kamu push up kepal?', dia jawab 'iya'. Push up kepal itu sudah menyalahi aturan. Bahkan di militer sendiri pun ada waktu dan tempat untuk push up kepal bagi laki laki, tapi tidak untuk perempuan," ujar Sri di kediamannya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019).
Selain itu, Aurel ternyata juga pernah dicubit saat pelatihan hingga menimbulkan lebam, padahal menurut Sri, kontak fisik itu tidak diperbolehkan saat pelatihan.
"Lalu memang ada spot atau lebam, dia bilang 'Ma ini dicubit, biasa kok'. Saya bilang 'itu tidak biasa nak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan paskibraka'," ujarnya.
Sri yakin ia mendapat cubitan sangat keras karena melihat bekas di kulit Aurel yang sangat jelas.
"Seingat saya ada di lengan kiri belakang kalau enggak kiri kanan belakang. Cukup besar biru. saya tanya kenapa, dicubit. Dicubit kenapa sampai segitunya nak. Kulit Aurel tidak putih, kulit aurel cukup gelap, jadi kalau sampai biru lebam artinya cubitan sangat keras," jelasnya.
Tak hanya di lengan, pihak keluarga lain juga mendapati lebam di bagian lutut Aurel.
"Ada spot lain, di lengan kiri depan itu saya lihat waktu almarhum dimandikan. Kalau enggak salah keponakan saya juga melihat ada spot biru lain di dengkul," ujarnya.
Source | : | wartakotalive.com,Tribunjakarta.com |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR