Advertorial

Penuturan Sang Ibunda Terkait Meninggalnya Calon Pembawa Baki Bendera Merah Putih Upacara 17 Agustus 2019 Mendatang, Diduga Karena 'Gemblengan' Terlalu Keras

Nieko Octavi Septiana
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Calon pembawa baki Bendera Merah Putih untuk upacara 17 Agustus 2019 meninggal dunia, sang ibu ceritakan kejadiannya.
Calon pembawa baki Bendera Merah Putih untuk upacara 17 Agustus 2019 meninggal dunia, sang ibu ceritakan kejadiannya.

Intisari-Online.Com -Kabar meninggalnya anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dicalonkanakan membawa baki Sang Saka Merah Putih untuk upacara 17 Agustus 2019 mendatang menyedot perhatian publik.

Aurellia Qurratu Aini, anggota Paskibraka asal Tangerang Selatan (Tangsel) meninggal dunia pada Kamis (1/8/2019) dalam masa pelatihan.

Penyebab kamatian siswi SMA Islam Al-Azhar BSD itu belum diketahui secara pasti, namun diduga karena kelelahan.

Melansir Tribunjakarta.com, Sabtu (3/8/2019), sang ibunda, Sri Wahyuni, mengatakan putrinya masih dalam keadaan fit pada Rabu (31/7).

Baca Juga: Siswi SMA yang Akan Bawa Baki Sang Saka Merah Putih Upacara 17 Agustus 2019 Mendatang Meninggal Dunia Sebelum Sempat Bertugas

Saat itu, ibunya juga mengatakan bahwa Aurel, panggilan akrabnya, sempat pamitan untuk berenang.

Sri saat itu menasihati jika Aurel tidak sanggup, ia tak perlu ikut kegiatan renang.

"Aurel dalam kondisi yang sangat fit. Dia sudah kasih tahu bahwa akan ada renang di sore hari. Saya sempat bilang, setelah kalian kegiatan fisik, itu tidak semua siap langsung masuk ke kolam, nak. Kamu jangan ikut kalau kamu tidak sanggup," ujar Sri mengisahkan.

Meski begitu, Aurel tetap berangkat dan mengatakan bahwa ia sanggup.

Kemudian pukul 19.30 WIB, Aurel pulang dan Sri mengetahui anaknya sangat kelelahan.

Baca Juga: Misteri Hampir Seribu Bayi Ditemukan Terlantar di Malaysia, Bahkan Banyak yang Ditemukan Meninggal

"Dia sudah kelihatan sangat lelah. Sangat lelah. Tapi masih sempat cerita. Tadi kakak main air, Mama, tadi ada empat orang teman kakak membuat kesalahan dan dihukum. Kakak berzikir jangan sampai kakak punya kesalahan. Alhamdulillah bukan kakak. Tapi karna korsa kami semua pasti dihukum bersama," ujar Sri seperti dikutip dari Tribunjakarta.com.

Satu jam bercerita, Aurel masuk kamar Sri, sudah beberapa hari belakangan Aurel memilih tidur bersama ayah dan ibunya.

"Waktu kita masuk kamar kita baru sadar badannya panas. Demam. Tapi kami tidak bangunkan karena kami anggap, kami masih positive thinking, itu proses metabolisme tubuh karena dia melakukan kegiatan fisikk yang lebih dari biasanya," ujar Sri.

Pukul 01.00 WIB, Kamis (1/8/2019)alarm Aurel bunyi. Sri dan anaknya bangun. Sri bilang pada Aurel untuk tidur lagi karena masih pagi.

"Jam 1 bangun karena wekernya, 31 Juli itu dirobek bukunya. Dia bangun jam 1 saya bilang, 'Nak, masih jam 1', dia tidur lagi. Weker berikutnya itu jam setengah 4 atau jam 3 saya nggak ingat," tuturnya.

Setelahnya, Aurel keluar kamar tanpa membangunkan kedua orang tuanya.

Baca Juga: Ditinggal Sebentar, Seorang Bayi Tiba-tiba Meninggal: Cegah Sindrom Kematian Bayi Mendadak, Salah Satunya Jangan Biasakan Anak Tidur Tengkurap

Sri menjelaskan hari terakhir Aurel latihan sebelum meninggal dunia, buku diary Aurel disobek pelatihnya.

Dijelaskan setiap anggota Paskibraka ditugaskan menulis buku harian setiap hari.

Akhirnya Aurel harus menulis diary untuk 22 hari masa pelatihannya dengan minimal 2 lembar tulisan per harinya.

"Dia keluar kamar mengisi buku harian untuk tanggal 31 Juli. Karena buku harian dari tanggal sebelumnya yang dia harus salin ulang, dia sudah nggak terkejar waktunya, 22 hari dengan minimal dua halaman. Jadi sekian puluh halaman harus dia salin dalam waktu sangat singkat. Sudah tak terkejar," kata Sri.

Sri kemudian mengisahkan, tak lama setelahnya, Aurel jatuh di dapur. Suaranya kencang sehingga membangunkan ia dan suaminya. Mereka langsung membawa Aurel ke rumah sakit namun dokter mengatakan fungsi otaknya telah berhenti.

"Tidak lebih dari lima menit kami berusaha membangunkan dia, langsung kami bawa dia ke rumah sakit. Saat di dapur dia jatuh dia sudah tidak bereaksi," jelasnya.

"Dokter di UGD bilang fungsi otaknya sudah terhenti. Ikhlaskan. Kami masih bilang ke dokter, maksimalkan," paparnya.

Sayangnya, setelah diupayakan dengan alat pacu jantung, Aurel tetap tak bereaksi sama sekali.

Hal senada juga disebutkan paman dari Aurel, Indra, ia mengatakan wajah Aurel sudah pucat dan terlihat sangat lelah.

Baca Juga: Kisah Haru Korban Tewas Kecelakaan Mobil Sigra Tertimpa Truk Tanah di Tangerang untuk Selamatkan Bayinya

"Memang kemarin dia (Aurel) itu terlihat pucat dan kelelahan. Semalaman dia juga menulis di buku diary," ujar Indra seperti dikutip dari Wartakotalive.com.

Indra mengatakan diary berwarna merah putih yang menceritakan kisahnya dirusak oleh seniornya di Paskibaraka.

"Dia terakhir nulis di buku diary-nya soal Paskibra. Dalam tulisan itu, ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," papar Indra.

Diduga kelelahan fisik dan mental

Sri, yang seorang Purna Paskibraka, mengetahui betul bagaimana diklat seharusnya dijalankan.

Ia yakin anaknya bukan sosok yang lemah dan sanggup menjalani pelatihan.Ia menduga putrinya meninggal dunia karena akumulasi kelelahan fisik dan mental selama diklat.

Sri mengatakan Aurel sering bercerita mengenai kegiatan seputar Paskibra padanya.

Sebagai orang yang juga paham Paskibra, Sri tak jarang memberi saran pada Aurel.

Melansir Tribunjakarta.com, Sri mengenang Aurel pernah bercerita tentang ia dan teman-temannya yang disuruh push-up.

Baca Juga: Agung Hercules Meninggal Dunia Karena Kanker Otak: Awas, Pakai Ponsel 15 Jam Sehari Bisa Jadi Pemicunya

"'Ma, tadi kita push up. Ma, tadi kita begini'. Saya juga bilang, 'itu hal biasa nak, itu konsekuensi ikut paskibraka'. Tapi waktu saya lihat tangannya luka, hitam, saya bilang 'kamu push up kepal?', dia jawab 'iya'. Push up kepal itu sudah menyalahi aturan. Bahkan di militer sendiri pun ada waktu dan tempat untuk push up kepal bagi laki laki, tapi tidak untuk perempuan," ujar Sri di kediamannya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019).

Selain itu, Aurel ternyata juga pernah dicubit saat pelatihan hingga menimbulkan lebam, padahal menurut Sri, kontak fisik itu tidak diperbolehkan saat pelatihan.

"Lalu memang ada spot atau lebam, dia bilang 'Ma ini dicubit, biasa kok'. Saya bilang 'itu tidak biasa nak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan paskibraka'," ujarnya.

Sri yakin ia mendapat cubitan sangat keras karena melihat bekas di kulit Aurel yang sangat jelas.

"Seingat saya ada di lengan kiri belakang kalau enggak kiri kanan belakang. Cukup besar biru. saya tanya kenapa, dicubit. Dicubit kenapa sampai segitunya nak. Kulit Aurel tidak putih, kulit aurel cukup gelap, jadi kalau sampai biru lebam artinya cubitan sangat keras," jelasnya.

Tak hanya di lengan, pihak keluarga lain juga mendapati lebam di bagian lutut Aurel.

"Ada spot lain, di lengan kiri depan itu saya lihat waktu almarhum dimandikan. Kalau enggak salah keponakan saya juga melihat ada spot biru lain di dengkul," ujarnya.

Artikel Terkait