Advertorial
Intisari-Online.com – Gunung Tangkuban Parahu tiba-tiba erupsi pada Jumat (26/7/2019) pada pukul 15.48 WIB.
Kejadian ini lantas membuat panik wisawatan dan penduduk yang berada di daerah dekat Gunung Tangkuban Parahu tersebut.
Beberapa video dan foto tersebar di media sosial terkait erupsinya gunung yang terletak di Jawa Barat ini.
Mereka berlomba-lomba menjauhi lokasi dan mencari titik aman.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Cadangan Batubara Indonesia Tinggal 80 Tahun Lagi
Mengapa Gunung Tangkuban Parahu tiba-tiba erupsi?
Begini penjelasan ahli seperti dilansir dari kompas.com pada Senin (29/7/2019).
"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap ahli vulkanologi Surono melalui sambungan telepon.
"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.
Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau.
Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.
"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.
"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ.”
“Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.
Baca Juga: Lagi, Kualitas Udara Jakarta Hari Ini Jadi yang Terburuk di Dunia
Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung.
Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Lebih baik membawa payung meski tidak terjadi hujan, daripada tidak membawa payung begitu kehujanan menyalahkan orang tua atau teman tidak mengingatkan," paparnya masih menggunakan analogi mendung dan hujan.
"Jadi, setiap gunung akan meletus, pasti ada tanda-tandanya. Mau jelas atau nggak jelas. Karena itu ada ahlinya untuk menjelaskan yang tidak jelas," tegas Surono.
Catatan bagi Wisata di Tangkuban Parahu
Surono juga menyoroti bagaimana Tangkuban Parahu menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.
Dia menyayangkan, meski menjadi wisata andalan tapi mitigasi di gunung tersebut belum menjadi prioritas.
"Tangkuban Perahu ini menjadi tujuan wisata andalan bagi Jawa Barat, bagi Indonesia juga. Ini harus ada jaminan mitigasi berjalan dengan baik," tutur Surono.
"Sebetulnya saya tidak takut, dari yang saya alami, paling hanya letusan-letusan freatik atau yang sifatnya dominan uap air," sambungnya.
Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya.
"Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono.
"Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan.
Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.
"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.
"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya.
Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat.
Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu.
"Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono.
"Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya. (Resa Eka Ayu Sartika)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Tangkuban Parahu Meletus Tiba-Tiba, Ini Catatan dari Ahli")
Baca Juga: PPB: Jumlah Anak-anak Palestina yang Terbunuh oleh Pasukan Israel Capai 729 Anak