Sebelum mengenal PA, Syarif lebih dulu mengenal DPS. Bermula dari pengungkapan kasus perdagangan orang yang melibatkan DPS dan tantenya sendiri.
DPS ingin betul bersekolah, harusnya tahun ini dia berseragam putih biru.
Keinginannya itu pernah ia sampaikan saat bertemu ibunya, namun bukan jawaban bijak yang didapatnya, si ibu malah menyuruhnya menjual diri.
"Tak perlu sekolah, tak ada uang. Kalau tetap mau sekolah, jual aja dirimu..." ujar Syarif menirukan ucapan ibu DPS.
Kemiskinan yang merajalela dan niat kuat untuk merasakan bangku sekolah mengantar langkah DPS menemui tantenya SZ (23) di Kota Binjai.
SZ adalah seorang mantan "orang nakal" yang ternyata tega menjual keperawanan keponakannya sendiri.
SZ membawa DPS menemui SA alias Sri (40), kenalannya yang sehari-hari menjadi germo.
Singkat cerita, perawan DPS dihargai Rp 10 juta. Laki-laki yang akan mencicipi tubuh DPS adalah polisi yang menyamar sepakat bertemu di Hotel Milala, tepi Jalan Medan-Binjai.
Hasil negosiasi, uang sebesar Rp 5 juta diserahkan tunai, sisanya akan ditransfer. SZ dan SA menyetujuinya, mereka bergegas menuju lokasi yang dijanjikan. Syarif pun memimpin langsung penyergapan ini.
KOMENTAR