Advertorial

Hantarkan pada Dogfight Pertama Israel-Suriah, Inilah Operasi 'Long Leg' Terjauh yang Dilancarkan Israel

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Menggunakan bom berpandu GBU-15 yang baru, pesawat-pesawat tempur itu menyerang markas besar "Force 17" PLO di pantai Hammam al-Shatt.
Menggunakan bom berpandu GBU-15 yang baru, pesawat-pesawat tempur itu menyerang markas besar "Force 17" PLO di pantai Hammam al-Shatt.

Intisari-Online.com - Setelah penarikan pasukan PLO dari Lebanon pada tahun 1982, anggotanya dimukimkan di beberapa negara Arab.

Sebuah basis utama PLO didirikan di Tunis, Tunisia, dan dari tempat ini banyak serangan terhadap sasaran-sasaran yang berkaitan dengan Israel direncanakan.

Pada 25 September 1985, tiga orang "Force 17" PLO menyerang sebuah yacht Israel yang ditambatkan di pelabuhan Larnaca, Siprus, dan membunuh tiga orang Israel yang berada di atas kapal itu.

Israel menanggapi aksi tersebut dengan melancarkan Operasi Long Leg, di mana, pada tanggal 1 Oktober 1985, mereka mengirimkan pesawat-pesawat tempur F-15 Chel Ha'Avir untuk menyerang markas besar PLO di Tunis, lebih dari 2.000 km jauhnya dari Israel.

Baca Juga: Ibunya Sering Kehilangan Barang, Ternyata Tumpukan Benda Berharga Senilai Rp924 Juta Itu Telah Berpindah ke Perut Putrinya

Itulah operasi terjauh yang pernah dilancarkan "Tangan Panjang" Tzahal hingga saat ini.

Menggunakan bom berpandu GBU-15 yang baru, pesawat-pesawat tempur itu menyerang markas besar "Force 17" PLO di pantai Hammam al-Shatt.

Sejumlah bangunan dan lusinan orang gerilyawan hancur dan tewas pada serangan itu.

Pesawat-pesawat tempur F-15 yang mengambil bagian dalam operasi itu sendiri menerbangkan sebuah misi bolak balik selama 5 jam.

Baca Juga: Ditutupi Garam dan Tertimbun Sampah Berisi Kotoran Manusia dan Air Seni, Mayat Wanita Ini Ternyata Sudah 3 Tahun 'Diawetkan' Anak Perempuannya

Sementara sebagian F-15 menggempur sasaran, beberapa F-15 berpatroli di atas mereka untuk menghadapi kemungkinan serangan udara oleh pesawat-pesawat pemburu Tunisia.

Sebuah pesawat radar peringatan E-2C Hawkeye mengawal kelompok penyerang.

Menteri Pertahanan Israel Yitzak Rabin mengatakan bahwa serangan itu dilakukan untuk menunjukkan kepada PLO bahwa "tangan panjang pembalasan Israel akan menjangkau mereka, di mana pun mereka berada."

Setelah serangan udara Israel ke Tunisia, pesawat-pesawat terbang Suriah mulai menantang misi-misi pengintaian Israel di atas Lebanon.

Baca Juga: 100.000 Tahun Menghuni Hutan Hujan Kongo, Masyarakat Ini Punya Metode Rahasia Melintasi Lebatnya Hutan

Pada tanggal 20 November 1985, pesawat-pesawat tempur F-15 Chel Ha'Avir terlibat dalam pertempuran udara dan menembak jatuh dua MiG-23 Suriah yang berusaha menyergap sebuah pesawat pengintai Israel.

Itulah kali pertama dogfight Israel-Suriah sejak tahun 1983.

Chel Ha'Avir sendiri menerbangkan banyak sortie di atas Lebanon dan menghantam berbagai sasaran sebanyak 13 kali setelah konflik 1982.

Tetapi pesawat-pesawat Suriah menjauh selama misi-misi pemboman.

Baca Juga: Masjid Berusia 1.200 Tahun Ditemukan di Tengah Gurun Israel, Diklaim Sebagai Masjid Tertua Sejak Kedatangan Islam Setelah Penaklukan Arab

Pada bulan Oktober 1986, sebuah F-4E Phantom Chel Ha'Avir hilang di dekat Sidon, Lebanon, dalam suatu serangan terhadap sebuah basis PLO.

Pilot dan navigator pesawat tersebut berhasil terjun dari pesawat terbang mereka.

Pilot pesawat itu berhasil diselamatkan oleh sebuah helikopter penyerang Cobra dengan cara berpegangan pada selip pendarat dan dibawa ke tempat yang aman di bawah hujan tembakan penangkis serangan udara, tetapi navigatornya tertangkap oleh sebuah milisi Lebanon.

Baca Juga: Perkirakan Ada 160.000 Roket di Gudang Senjata Hizbullah, Israel Perisapkan Perang dengan Iran

Artikel Terkait