Advertorial

‘Istriku Harus Berjuang Selama 33 Jam Melawan Rasa Sakit Demi Melahirkan Bayi Kami yang Sudah Tak Bernyawa'

K. Tatik Wardayati
,
Ade S

Tim Redaksi

Bagi suami yang bisa berkesempatan menunggui proses melahirkan istrinya adalah sebuah pengalaman luar biasa.
Bagi suami yang bisa berkesempatan menunggui proses melahirkan istrinya adalah sebuah pengalaman luar biasa.

Intisari-Online.com – Bagi wanita, menjadi seorang istri, kemudian bisa hamil dan melahirkan adalah sebuah anugerah terindah dalam hidupnya, meski itu semua adalah fenomena alamiah.

Dan bagi suami yang bisa berkesempatan menunggui proses melahirkan istrinya adalah sebuah pengalaman luar biasa yang membuat mereka dapat menghargai perjuangan istrinya dan semakin menyayangi istrinya itu.

Namun, bagaimana bila sang istri yang akan melahirkan ini harus berjuang selama beberapa jam untuk melahirkan anaknya yang akhirnya lahir mati?

Bagaimana perasaan mereka?

Baca Juga: Hati-hati, Penelitian Terbaru Sebut Pemakaian Ponsel yang Terlalu Lama Bikin Kelainan Tulang Tengkorak, Kok Bisa?

Ini dialami oleh Eugene Wee yang menuangkan perasaannya dalam sebuah postingan di Facebook-nya.

Rupanya, bayi yang dikandung oleh istrinya mengalami masalah kelainan genetik, yaitu kondisi trisomi 18, yang membuat bayinya lahir cacat atau bahkan lahir mati.

Ini perasaan Eugene yang diunggahnya dalam media sosialnya.

Kami baru saja kehilangan anak berusia 5 bulan, baru 3 minggu yang lalu.

Anak itu memiliki trisomi 18, yaitu kondisi kromosom langka yang sering disertai dengan cacat mental parah, beberapa perubahan fisik dan dalam sebagian besar bahkan mengalami kematian.

Anak kami mengalami ketiga hal itu. Ini adalah kasus langka, terjadi 1 dalam 6000 kehamilan.

Hal ini menyebabkan kehebohan para petugas medis dan profesor meminta kesempatan untuk melakukan scan secara rinci, lalu mengekspos pada mahasiswa kedokteran mengenai kondisi langka ini sebanyak mungkin.

Selama 4 jam, istri saya harus bertahan untuk dilakukan USG sehingga setiap siswa medis dapat mendapatkan pengetahuan sebanyak yang mereka bisa dari janin.

Itu menyakitkan baginya. Mendengar para mahasiswa kedokteran itu membahas tentang otak anaknya sendiri, jantung yang membesar, lengan yang tidak ada, wajah yang tidak sempurna, ketidaklengkapan organ tubuh, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Berkenalan Dengan Lee Liston, Binarawagan yang Bertubuh Kerdil Karena Alami Kelainan Genetik Langka

Tapi istri saya tetap berbaring kelelahan secara emosional, secara fisik dan mental, hanya demi agar dokter di masa depan ini belajar tentang penyakit langka.

Setelah sesi tersebut, petugas Fakultas Kedokteran meminta janin tersebut secara utuh untuk dipertahankan demi penelitian dan studi masa depan.

Kami tahu apa artinya. Itu artinya, istri saya harus menderita dan melalui berjam-jam untuk melahirkan yang menyakitkan, sama seperti setiap ibu yang melahirkan normal, tetapi istri saya hanyalah melahirkan bayi yang mati.

Secara emosional, istri saya mengalami sakit yang luar biasa, tetapi ia harus melalui, bahkan lebih, jauh lebih daripada sakit fisiknya, sehingga tubuh bayi itu bisa lahir utuh demi penelitian medis.

Ketika saya mengungkapkan hal itu, dengan tenang istri saya menjawab, “Jika anak saya harus mati, maka kematiannya tidak harus sia-sia."

Dia telah membulatkan tekad, untuk melahirkan dengan rasa sakit sehingga tubuh bayinya bisa lahir sepenuhnya utuh untuk penelitian.

Selama 30 jam, saya duduk menungguinya, melihat dia rasanya ngeri melalui rasa sakit melahirkan, dia meminta lebih banyak obat penghilang rasa sakit untuk membantunya melewati jam-jam yang tampaknya tidak pernah berakhir.

Meski sama dengan orang yang melahirkan lainnya, tetapi istri saya mengalami rasa sakit yang ekstrim.

Saya pernah mengatakan padanya bahwa dia bisa melahirkan secara operasi caesar dan tetap memberikan janin itu secara utuh untuk penelitian.

Meski tetap kehilangan bayi, tapi paling tidak dia tidak mengalami kesakitan yang sangat.

Tetapi, istri saya berulang kali menolaknya.

Baca Juga: Gadis Ini Dijuluki 'Gadis Ular' karena Mengidap Kelainan Genetik, Terpaksa Hidup Mengucilkan Diri di Rumahnya

Memilih untuk melewati rasa sakit, hanya untuk memastikan janin itu utuh mungkin.

Setelah 33 jam, akhirnya bayi itu berhasil dilahirkan, lahir dalam kesunyian, tanpa tangis.

Para petugas medis kemudian melarikan jasad bayi itu ke laboratorium untuk diawetkan.

Wahai para mahasiswa Fakultas Kedokteran Ciangmai University, jika Anda membaca ini, ini akan menjadi cerita di balik janin dengan trisomi 18.

Sebuah kisah iman, cinta dan pengorbanan. Dengan harapan bahwa Anda dapat membawa lebih baik kepada umat manusia.

Untuk istriku, pahlawanku, dan belahan jiwaku,

Imanmu, keyakinanmu, dan nilai-nilai yang kau tunjukkan dengan pengorbananmu, telah mengispirasi saya untuk memulai perjalanan panjang ini dengan sebuah perbedaan.

Mengenal trisomi 18 yang mengakibatkan bayi lahir cacat atau bahkan lahir mati

Kondisi bayi dengan kelainan ginetik trisomi 18 sering disebut juga sindrom Edwards (Edwards Syndrome).

Ini adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh salinan ketiga dari semua atau sebagian kromosom 18.

Baca Juga: Derita Kelainan Genetik, Bocah 10 Tahun Ini Bisa Makan Apa Saja Termasuk Tisu Toilet dan Kotoran

Banyak bagian tubuh yang terpengaruh. Bayi sering terlahir kecil dan memiliki kelainan jantung.

Ciri-ciri lainnya termasuk kepala kecil, rahang kecil, jari yang tumpang tindih, dan kecatatan intelektual yang parah.

Sebagian besar kasus sindrom Edwards terjadi karena masalah selama pembentukan sel-sel reproduksi atau selama perkembangan awal. Ini meningkat seiring usia ibu.

Jarang kasus ini diwarisi dari salah satu orangtuanya. Kadang-kadang tidak semua sel memiliki kromosom tambahan, yang dikenal sebagai trisomi mosaik, dan gejala dalam kasus ini mungkin kurang parah.

USG dapat dilakukan untuk meningkatkan kecurigaan terhadap kondisi ini, yang dapat dikonfirmasi dengan amniosentesis.

Sindrom Edward adalah kondisi yang paling sering terjadi karena kromosom ketiga saat lahir, setelah sindrom Down.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak bayi yang bertahan hidup sampai lahir adalah perempuan. Namun, banyak dari mereka yang mati sebelum lahir.

Kelangsungan hidup di luar satu tahun kehidupan adalah sekitar 5 – 10%.

Nama sindrom Edwards ini diambil dari John Hilton Edwards, yang pertama kali menggambarkan sindrom ini pada tahun 1960.

Baca Juga: Akibat Kelainan Genetika yang Langka, Pemuda Ini Terperangkap Dalam Tubuh Anak-Anak

Artikel Terkait