Aisyah hanya bisa berbaring di sebuah kamar kos di Jalan Borobudur, Gang IV, Kelurahan Blimbing, Kota Malang.
Sedangkan Naga, hanya mengelami luka gores di pelipis kanannya.
Selama ini, mereka hanya tinggal berdua. Hidup menjadi seorang pengemis membuatnya rela menjadi tunawisma.
Aisyah berpisah dengan suaminya saat Naga masih berada di dalam kandungan.
Kondisi itu membuat Naga harus menanggung sendiri beban hidupnya serta beban ibunya yang lumpuh.
"Senang naik ke kelas 3," kata Naga.
Naga termasuk siswa yang rajin masuk sekolah. Ia tidak pernah mengorbankan sekolahnya meski harus mengamen untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan sang ibu.
Biasanya, Naga ngemis setelah pulang sekolah. Ia berkeliling ke sejumlah toko dan warung makan di sepanjang Jalan Borobudur hingga Soekarno-Hatta.
"Biasanya dapat Rp20.000 sampai Rp50.000. Uangnya langsung dikasihkan ke ibu," kata dia.
Naga juga harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Seperti mencuci dan memasak. Bahkan, saat ibunya BAB, Naga yang harus membuang.
"Cuci baju sama cuci piring," kata dia.
Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Blimbing 5 Kota Malang, Sukasih mengatakan, prestasi Naga memang tidak menonjol, tapi dia tidak pernah bolos sekolah.
"Kalau prestasi memang tidak menonjol. Tapi sekolahnya rajin dia. Hampir tidak pernah tidak masuk," kata dia.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR