Advertorial
Intisari-Online.com – Beberapa hari ini, publik dipenuhi beberapa kisah miris kehidupan warga Indonesia.
Contoh ada Nining Suryani, seorang guru honorer SD Negeri Karyabuana 3, Pandeglang, Banten, yang terpaksa tinggal di toilet sekolah selama dua tahun.
Sebab, dia tak ada pilihan lain setelah rumahnya yang lama hancur.
Padahal Nining sudah bekerja selama 15 tahun sebagai guru honorer. Namun dia hanya mendapatkan gaji Rp350.000 per bulan.
Baca Juga: Sering Kagetkan Keluarga, Ini Penyebab Orang Meninggal Saat Tidur
Ada juga kisah Quido Van Areso dan Yoventa Timbu, pasangan suami istri yang kakinya patah di Kabupaten Sikka, Flores, NTT.
Kehidupan keduanya menjadi viral, setelah mereka hanya hidup berdua tanpa bekerja karena masalah kesehatan dan hanya mengharap belas kasih tetangga.
Beruntungnya, kisah mereka sampai ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mereka mendapat dana santunan.
Setelah dua kisah ini, kali ini ada kisah nenek Rabina (92).
Dilansir dari kompas.com pada Selasa 16/7/2019), sudah lima tahun lebih warga Dusun Bertah, Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, ditinggal mati suaminya.
Kini, ia tinggal sendiri di sebuah gubuk tua berdinding anyaman bambu yang sudah bolong-bolong.
Perkawinannya dengan laki-laki asal Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, tidak dikaruniai anak.
Kamar tidur berukuran 3x4 meter yang ditempatinya, berfungsi juga sebagai dapur. Sebuah tungku bersama tumpukan kayu, ditempatkan di beranda rumah.
Senin (15/7/219) siang, saat dikunjungi di gubuknya, Rabina sedang memasak nasi dan singkong. Beberapa kali panggilan salam tak kunjung dijawab.
Maklum, pendengarannya sudah terganggu. Suara keras di dekat telinganya pun tak mampu didengar. Berbicara dengan bahasa isyarat, juga susah dipahaminya.
Melihat ada orang datang, ia sedikit terkejut karena tidak pernah kenal sebelumnya.
Perempuan berusia 92 tahun ini, mencoba berdiri dari depan tungkunya. Namun terhuyung.
Beruntung ada bambu penyanggah yang jadi pegangannya. Tubuhnya yang kurus, dibalut dengan kulitnya yang sudah keriput, menunjukkan usianya sudah sangat uzur.
Delapan kucing peliharaannya, selalu mengitari Rabina yang memegang sepiring singkong yang sudah direbusnya.
Delapan kucing itu pun bergantian menciumi singkong tersebut.
"Dikira singkong ini nasi dan ikannya. Saya kalau makan, sudah biasa sepiring dengan delapan kucing piaraan," ucap Rabina.
Dengan spontan, Rabina kemudian melanjutkan cerita kehidupannya.
Selama hidup bersama dengan kucing piaraannya, Rabina mengaku tidak pernah kesulitan makan.
Kalau tidak masak sendiri karena tidak ada beras yang mau dimasak, terkadang ada orang lain yang datang mengantarkan masakan ke rumahnya.
"Kalau ada nasi, hanya sekepal yang saya makan. Selebihnya untuk kucing," imbuh dia.
Hidup bersama kucing piaraannya, bagi Rabina bukan tanpa dasar. Menurutnya, kucing itu salah satu binatang yang dicintai Rasulullah SAW.
Makanya, sebanyak apa pun kucing yang dipiara, dirinya yakin akan menemukan rezekinya sendiri.
Bahkan, kucing piaraannya pernah mencapai 12 ekor. Kucing-kucing itu mau dibeli orang, tapi tidak dijualnya.
"Saya tidak menjual kucing. Kalau mau dipelihara, dengan ikhlas saya memberikannya," terang dia.
Suatu ketika, ada tetangga Rabina yang memukul kucing sampai patah kakinya. Selang beberapa bulan dari kejadian itu, tetangganya jatuh dan mengalami patah kaki juga.
Sehingga, bagi Rabina, menyayangi kucing peliharaan sama saja menyayangi manusia karena sama-sama mahluk Tuhan.
Meskipun hidup sebatang kara, Rabina masih sering didatangi tetangganya, Sanida (70), yang kondisinya juga sudah jompo. Hampir setiap hari, dua lansia ini hidup berdampingan dan makan bersama.
Bahkan, Sanida mengaku, rezeki Rabina lebih baik dari dirinya. Sehingga, ia sering numpang makan di rumah Rabina.
Meskipun di usianya yang sudah senja, Rabina masih istikamah shalat lima waktu.
Mukenah dan sajadahnya selalu disiapkan di dekat tempat tidurnya. Hidup miskin dengan berteman delapan kucing piaraannya, Rabina mengaku bahagia.
Saat tidur pun, delapan kucing piaraannya ikut mendampingi di kasurnya yang kusam. (Taufiqurrahman)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kisah Nenek Rabina, Tinggal di Gubuk Reot Makan dan Tidur Bersama 8 Kucing")