Advertorial

Terjadi Gempa Magnitudo 6 di Bali dan Tidak Berpotensi Tsunami: Mengapa Beberapa Gempa Bumi Bisa Sebabkan Tsunami Sementara Lainnya Tidak?

Mentari DP

Editor

Kepala Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana mengatakan, gempa bumi di Bali berpusat di 83 kilometer Barat Daya Nusa Dua Bali.
Kepala Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana mengatakan, gempa bumi di Bali berpusat di 83 kilometer Barat Daya Nusa Dua Bali.

Intisari-Online.com – Dilansir dari kompas.com, hari ini, Selasa (16/7/2019) pukul 07:18 WIB, telah terjadi gempa bumi kekuatan magnitudo 6 mengguncang Pulau Bali.

Kepala HumasBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Akhmad Taufan Maulana mengatakan, gempa ini berpusat di 83 kilometer Barat Daya Nusa Dua Bali dengan kedalaman 68 kilometer.

Namun gempa terasa di berbagai daerah seperti Badung, Denpasar, Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat, Karangkates, Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Utara,Jember, dan Lumajang.

Tapi Akhmad Taufan Maulana menegaskan gempa hari ini tidak berpotensi tsunami.

Baca Juga: Tak Hanya Mematikan, Ternyata Rokok Jadi Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Indonesia

Perlu Anda tahu bahwa gempa bumi memang dapat menjadi salah satu faktor penyebab tsunami.

Namun tak semua gempa bumi juga dapat sebabkan tsunami.

Mengapa beberapa gempa bumi bisa sebabkan tsunami sementara lainnya tidak?

Beberapa faktor yang sangat berperan termasuk antara lain kekuatan gempa, arah gerakan gempa dan topografi dasar laut.

Pertama, besarnya gempa, yang merupakan ukuran amplitudo gelombang seismik terbesar yang tercatat untuk gempa bumi, harus melebihi ambang batas tertentu.

Dilansir dariLive Science pada tahun 2018 silam, ahli geofisika Don Blakeman dari Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional Survei Geologi AS (USGS) mengatakan bahwa Gempa bumi di bawah 7,5 atau 7,0 biasanya tidak memicu tsunami.

Baca Juga: Kisah Memprihatinkan Nenek Rabina, Tinggal di Gubuk Reot Makan Serta Tidur dan Makan Bersama 8 Kucing

Namun, kadang-kadang gempa dengan kekuatan 6,0 skala Richter dapat memicu tsunami lokal yang lebih kecil dan kurang merusak.

Misalnya saja gempa yang melanda Haiti pada Januari 2010.

Bencana itu sebenarnya memicu serangkaian kecil tsunami lokal.

Tetapi karena gempa susulan tidak melebihi kekuatan 5,3, mereka tidak cukup besar untuk menyebabkan tsunami tambahan.

Gempa bumi memicu tsunami ketika aktivitas seismik menyebabkan tanah di sepanjang garis patahan bergerak naik atau turun.

Ketika bagian-bagian dasar laut bergeser secara vertikal, baik yang naik atau turun, seluruh kolom air menjadi bergejolak.

Hal ini menciptakan "gelombang" energi, yang kemudian akan mendorong air.

Menurut ahli geofisika USGS, John Bellini, gempa bumi yang mendorong daratan terutama ke arah horisontal cenderung menyebabkan gelombang dahsyat.

Ketika energi mendorong lempeng secara horizontal, tanah itu tidak menaikkan atau menurunkan air di atasnya sehingga menyebabkan tsunami.

Ketinggian gelombang tsunami dipengaruhi oleh gerakan vertikal tanah, sehingga perubahan topografi dasar laut dapat memperkuat atau meredam gelombang saat bergerak.

Baca Juga: Sering Kagetkan Keluarga, Ini Penyebab Orang Meninggal Saat Tidur

Don Blakeman mengungkap fakta bahwa saat bergerak di lautan, gelombang tsunami biasanya bergerak hingga 500 atau 600 mil per jam atau sekitar 800 sampai 965 km per jam.

Namun itu akan melambat saat mengenai pesisir atau menuju ke daratan.

Lebih jauh, Blakeman juga menyebut bahwa air yang tiba-tiba surut dari pantai secara drastis merupakan tanda awal peringatan alam akan datangnya tsunami.

Satu hal yang tidak mempengaruhi tsunami adalah cuaca.

Karena mereka ditenagai oleh energi dari dasar laut yang bergeser, ombak tidak terpengaruh secara signifikan oleh kondisi cuaca di sekitarnya, kata Blakeman.

Untuk menentukan apakah suatu gempa bumi akan menghasilkan tsunami, dan untuk memperkirakan seberapa parahnya gempa itu, para peneliti mengukur tinggi dan energi gelombang berikutnya dengan menggunakan sensor tekanan laut dan pengukur pasang.

Baca Juga: Main di Warnet Selama 24 Jam dan Tidak Makan Minum, Pria 22 Tahun Ini Kena Stroke dan Mungkin Tak Bisa Bicara Normal Lagi

Artikel Terkait