Pria yang akrab disapa Puput itu menyebut, parameter PM 2,5 dipakai karena unsur ini mendominasi zat pencemar di udara, di atas sulfur dioksida ataupun karbon monoksida.
Saking halusnya, partikel ini sanggup menembus masker dan sulit disaring oleh bulu hidung, sehingga besar kemungkinan menyusup sampai paru-paru dalam jumlah besar.
Di sisi lain, Puput mengatakan, ada peluang tingkat polusi udara pada akhir 2019 nanti menampilkan jumlah yang lebih tinggi ketimbang hasil pengukuran terakhir Juni silam.
Musim kemarau yang masih bersisa beberapa bulan ke depan akan menjadi ladang subur bagi merebaknya polusi udara di Ibu Kota.
Zat-zat polutan bakal terus melambung ke angkasa tanpa hujan yang meluruhkannya ke tanah.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR