Intisari-Online.com - Wali Kota Ambon Louhenapessy mengungkapkan penyebab meningalnya istri Wakil Wali Kota Ambon, Syarif Hadler, Iffa Karlina Syarif di salah satu rumah sakit di Kota Amsterdam, Belanda, Senin (10/6/2019).
Dikutip dari Kompas.com, Richard mengatakan dari keterangan dokter di rumah sakit tersebut, Iffa jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia.
Hal itu disebabkan karena Iffa mengalami penyumbatan pada paru-paru atau dalam istilah medis disebut pulmonary embolism atau emboli paru-paru.
“Itu bisa terjadi, salah satu penyebabnya adalah sirkulasi darah tidak terlalu lancar, akibat dari pada pengentalan darah,” ujar Richard, melalui video conference kepada para pejabat pemerintah Kota Ambon, para camat dan lurah di Balai Kota Ambon, Senin malam.
Baca Juga: Masih 'Menggeram' Setelah 40.000 Tahun, Serigala Pleistosen Raksasa Ditemukan di Yakutia
Richard mengatakan, selain penyumbatan pada paru-paru, dari pemeriksaan dokter, almarhumah juga didiagnosa memiliki sejumlah indikasi yang menyebabkan kondisinya semakin kritis hingga akhirnya meninggal dunia.
“Ada beberapa indikasi yang juga menjadi keprihatinan. Antara lain misalnya, gangguan dan kelemahan pada syaraf otak yang juga akan berdampak besar pada kondisi dari Ibu Iffa,” ujar dia.
Emboli paru-paru sebabkan kematian mendadak
Kasus di mana emboli paru-paru sebabkan kematian mendadak juga pernah terjadi sebelumnya.
Seorang wanita muda yang sedang mengandung tiga bulan mendadak meninggal setelah hanya beberapa menit mengalami sesak napas.
Pihak keluarganya merasa heran karena selama ini ia tidak pernah mengeluh atau diketahui mengidap penyakit seperti kelainan jantung, tekanan darah tinggi, atau asma.
Baca Juga: 6 Trik Mengatasi Berbagai Rasa Sakit Jika Tak Ada Obat, Termasuk Makan Cokelat
Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, disimpulkan kematianibu muda itu mungkin disebabkan oleh tersumbatnya sistem aliran darah ke paru-paru secara mendadak yang disebut sebagai emboli paru-paru.
Seperti diketahui, paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang menjadi tempat masuknya oksigen (O2) yang sangat berguna bagi tubuh, serta keluarnya karbon dioksida (CO2) yang merupakan "sampah" yang bisa membahayakan.
Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida terjadi di sana. Artinya, seluruh darah di dalam tubuh kita pasti melewati paru-paruuntuk membuang CO2 yang tidak lagi berguna dan menerima O2 yang segar.
Baca Juga: Hindari 4 Makanan Ini Untuk Kurangi Risiko Kanker Payudara
Ada dua jenis pembuluh darah di paru-paru, yakni arteri atau pembuluh darah yang membawa O2 keluar dari paru-paru dan pembuluh vena (pembuluh balik) yang membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paruuntuk kemudian dibuang.
Tidak heran kalau organ tubuh yang satu ini sangat kaya akan pembuluh darah.
Di satu pihak ini menguntungkan sebagai tempat proses pertukaran gas, tetapi di sisi lain paru-paru memiliki risiko terjadinya penyumbatan aliran darah.
Emboli kecil dan besar
Terjadinya emboli paru-paru bisa hanya sebagian saja, tetapi bisa juga secara total, akibat berpindah atau bergeraknya suatu bekuan (gumpalan) dari aliran darah.
Bahan yang tidak larut dan masuk ke dalam aliran darah menuju paru-paru itu dikhawatirkan bisa menyangkut di paru-paru.
Baca Juga: Pangeran Louis Kedapatan Asyik Isap Jempol di Tengah Acara, Apakah Mengisap Jempol Buruk Bagi Anak?
Emboli kecil sebenarnya sering terjadi namun tidak diketahui oleh pasien maupun dokter yang memeriksa karena tidak terasa.
Sebagian besar kasus emboli disebabkan oleh terlepasnya serpihan pembuluh darah balik yang letaknya di tungkai bawah, daerah rongga panggul, dan jantung kanan.
Penyebab lain bisa juga terjadi akibat emboli lemak, udara, dan cairan air ketuban serta emboli lain yang tidak diketahui penyebabnya.
Orang akan lebih mudah terkena emboli paru-paru saat sedang berada dalam kondisi risiko tinggi, misalnya dalam keadaan imobilisasi (pasien diminta tidur diam atau tidak bergerak untuk jangka waktu lama) sehabis operasi dan atau patah tulang.
Baca Juga: Renggut Nyawa Ayah Dewi Perssik, Anda Wajib Tahu Manfaat Daun Pakis untuk Diabetes
Namun, perlu diketahui, pasien tidak diperkenankan makan sehabis operasi sebelum mengeluarkan gas (kentut) tidak ada kaitannya langsung dengan emboli paru-paru.
Puasa setelah operasi tidak lain diperlukan untuk menunggu kembalinya aktivitas usus yang ikut "tertidur" setelah tertekan oleh obat-obat anestesi.
Bila usus yang belum berfungsi normal sudah diisi dengan makanan, pasien bisa sakit perut.
Yang juga memiliki risiko tinggi terkena emboli adalah mereka yang mengalami penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah balik, penyakit jantung kongestif, shock akibat perdarahan hebat, serta dehidrasi.
Baca Juga: Hilang dari Rahang, Ternyata Gigi Geraham Seorang Bocah 13 Tahun Tumbuh di Dalam Alat Vitalnya
Keadaan ini akan semakin berat pada usia yang lebih lanjut atau pada orang yang kegemukan.
Pada penyakit polisitemia vera (kelainan unsur sel sumsum tulang dengan akibat terjadi penambahan jumlah total sel darah merah), penyakit sikel sel (sel darah merah abnormal berbentuk bulan sabit), penyakit keganasan, serta adakalanya pada ibu hamil, bila terjadi peningkatan pembekuan darah dalam pembuluh darah secara abnormal, juga akan mudah terjadi emboli.
Selain itu emboli paru-paru bisa terjadi karena kerusakan dinding pembuluh darah akibat trauma atau peradangan, sehingga bekuan darah mudah melekat pada dinding pembuluh darah. (dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), DTM&H, MARS & dr. Ratnawati - Kumpulan Artikel Kesehatan 7) - K. Tatik Wardayati
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR