3. Kerja sama 'terselubung dengan Iran'
Meng menolak tuduhan dan berupaya agar permintaan ekstradisi oleh AS dibatalkan. Tuduhan lain yang dijatuhkan kepadanya adalah Huawei "punya kerja sama dengan Iran". Diduga ia menjadi bagian dari upaya Iran menghindari sanksi AS, melalui perusahaan bernama Skycom.
Ia didakwa berbohong kepada bank-bank dan pemerintah AS tentang kerja sama dengan Iran. Meng, anak perempuan pendiri Huawei, menolak tuduhan ini. Ia bisa dihukum penjara maksimal 30 tahun jika diekstradisi dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan di AS.
4. Kasus layar telepon antipecah
Kasus lain yang membuat AS khawatir terkait dengan "layar antipecah". Menurut Bloomberg, Huawei diselidiki oleh FBI karena diduga melanggar regulasi perdagangan senjata internasional.
Kasus ini berawal ketika perusahaan Akhan Semiconductor melakukan pembicaraan dengan Huawei untuk memasok layar super kuat, yang dibuat dengan menempelkan lapisan permata artifisial pada layar.
Sampel layar ini dikembalikan Huawei beberapa bulan berikutnya dalam keadaan rusak parah.
FBI menduga Huawei membawa sampel ini ke luar Amerika, praktik yang dilarang oleh regulasi internasional karena sampel ini berpotensi dimanfaatkan untuk pengujian senjata laser. Huawei, lagi-lagi, menolak tudingan FBI.
5. 'Tidak ada matinya'
Meski didera beberapa kasus, ditambah dengan langkah Google, Huawei diperkirakan akan tetap menjadi pemain global yang penting.
Bagi banyak negara, terutama di Asia dan Afrika, harga produk teknologi yang ditawarkan Huawei jauh lebih murah dari perusahaan Amerika dan Eropa.
Aspek harga ini menjamin Huawei akan tetap menguasai pangsa global. Bahkan di Inggris, sekutu terdekat AS, masih terjadi debat apakah sebaiknya infrastruktur 5G memakai produk Huawei.
Menteri pertahanan Inggris belum lama ini dipecat karena memasukkan komponen buatan Huawei di "area-area yang tidak terlalu penting". (Sumber: BBC Indonesia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Alasan AS Begitu Takut Pada Teknologi Huawei".
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR