Advertorial
Intisari-online.com - Setiap kali mendengar lagu "Nina Bobo", Alfred Münzer selalu terharu dan teringat Mima Saïna.
Mima Saina adalah pengasuh yang merawatnya saat dia disembunyikan dari kejaran Nazi untuk dimasukkan ke kamp konsentrasi.
Alfred kecil, satu-satu anggota keluarga Munzer yang selamat dari holocaust, dititipkan ke sebuah keluarga Indonesia yang tinggal di Belanda selama hampir empat tahun.
Selama diasuh keluarga Indonesia itu, Mima telah menjadi seperti ibu bagi Alfred kecil.
Baca Juga: Dulu Kaum Yahudi Hampir Memilih Argentina Sebagai Tanah Air, Bukan Palestina
"Mima hanya bicara bahasa (Indonesia) dan tak bisa bahasa Belanda, tak tahu tentang politik atau agama-agama lain, namun ia mengadopsi saya seperti anaknya sendiri," kata Alfred kepada BBC Indonesia.
"Namun, ia memiliki hati emas. Saya tinggal di rumah itu secara ilegal, namun ia akan berjalan jauh berkilo-kilo meter hanya untuk menukar kupon dengan susu dan makanan untuk saya," kenang Alfred.
Film "Nina Bobo untuk Bobby" dibuat Monique Rijkers. Film ini mengangkat tentang pengalaman keluarga Indonesia Tole Madna yang menyembunyikan seorang anak Yahudi di tengah kejaran tentara Nazi dalam Perang Dunia II.
Baca Juga: Bangsa Yahudi Terkenal Cerdas, Ternyata 7 Faktor Inilah Penyebabnya
Mima adalah pembantu keluarga Tole yang mengasuh Alfred, yang diberi nama panggilan Bobby yang mirip dengan salah satu anak keluarga, Robby, agar para tetangga agar tak tahu ada bayi lain di keluarga tersebut.
Keluarga inilah yang menyembunyikan Bobby di loteng saat Nazi merazia rumah-rumah pada Perang Dunia II. Sebelum tidur, Mima selalu menyanyikan "Nina Bobo" dan juga untuk menjaga agar Alfred tak menangis pada saat Nazi menggelar razia.
Alfred sendiri sangat terharu setiap saat mendengar lagu senandung ini, termasuk ketika terhubung dengan mereka yang menyaksikan film ini di @America, Jakarta. "Saya tak ingat kata-kata Nina Bobo, hanya melodinya yang selalu membawa perasaan tenang karena dirawat dan juga merasa aman," kata Alfred.
"Bila Tole dan Mima masih hidup hari ini, saya akan berterima kasih kepada mereka karena memberikan saya kesempatan hidup dan mereka akan tetap menjadi contoh teladan yang dapat dilakukan orang-orang bahkan bila mereka lagi dipengaruhi setan," katanya lagi.
"Sayangnya holocaust tidak menghapus kejahatan, namun orang harus tahu bahwa masih mungkin untuk berdiri menghadapi yang jahat dan melakukan apa yang benar."
Alfred yang menginjak usia 76 tahun pada Kamis (23/11/2017) saat ini tinggal di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai pensiunan dokter.
Baca Juga: Beda Dengan Bumi, Hujan di Jupiter dan Saturnus Turunkan Berlian
"Saya diberitahu (Rob Madna, putra Tole), saya tidur bersamanya. Ia menaruh pisau di bawah bantal untuk membunuh Nazi yang mungkin mencoba mengambil atau bahkan membunuh saya," cerita Alfred.
Sementara soal Mima, perempuan itu di dalam kenangan Alfred adalah sosok seorang wanita hebat.
"Dia adalah wanita hebat yang membesarkan saya dari usia saya sekitar sembilan bulan sampai sekitar saya berusia tiga setengah tahun."
Alfred adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari keluarga Simcha dan Gisele Munzer, imigran Yahudi dari Polandia, yang menetap di Belanda.
Sebelum Alfred yang lahir pada 1941 menginjak usia satu tahun, Jerman memulai deportasi besar-besaran hampir 100.000 orang Yahudi dari Belanda ke wilayah timur, khususnya Auschwitz, jaringan kamp konsentrasi Nazi di daerah yang dikuasasi Jerman.
Keluarga Alfred tak luput dari kejaran. Dua kakak perempuannya dititipkan ke keluarga lain yang ternyata adalah simpatisan Nazi.
Keluarga simpatisan Nazi tersebut melaporkan kedua kakak perempuan Alfred sebelum mereka dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz dan dibunuh pada Februari 1944. Awalnya, Alfred dittitipkan di rumah keluarga teman Annie Madna.
Namun karena khawatir ia kemudian dititipkan ke keluaga mantan suaminya yang orang Indonesia, Tole Madna. Di tempat Tole inilah Alfred tinggal selama tiga tahun dan diasuh dan dijaga oleh Mima.
Ayah Alfred, Simcha sempat berada beberapa bulan di Auschwitz dan kemudian dikirim ke tiga kamp berbeda di Austria sebelum akhirnya dibebaskan.
Monique, yang membawa film ini ke sekolah-sekolah di Indonesia untuk memberi pengetahuan tentang holocaust, berharap orang Indonesia akan menyadari ada pahlawan pada masa yang menakutkan.
"Saya berharap orang Indonesia bisa bangga ada pahlawan kemanusiaan di masa yang begitu menyeramkan. Kalau dulu di Belanda, ketahuan menyembunyikan orang Yahudi oleh Nazi, satu keluarga akan dibawa ke kamp konsentrasi," kata Monique.
Baca Juga: Reformasi 21 Mei 1998: Kisah Soeharto yang Ditinggal Sendirian oleh Orang-orang Kepercayaannya
Artikel ini bersumber dari BBB Indonesia dan telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Mima Saina, Wanita Indonesia Pelindung Bayi Yahudi dari Kejaran Nazi".