Advertorial
Intisari-Online.Com -Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari, itu artinya umat Islam sebentar lagi menjalankan puasa.
Bagi orang yang tak memiliki masalah kesehatan, mungkin tidak perlu persiapan khusus.
Tapi tentu berbeda dengan orang memiliki gangguan kesehatan, misalnya diabetes.
Dokter Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp. GK, Spesialis Gizi Klinis dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, menjelaskan dalam paparannya yang bertajuk “Panduan Nutrisi selama Berpuasa pada Kondisi Khusus” di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Baca Juga : Kisah si Psikopat Sempurna, Pembunuh Berantai yang Hanya Membunuh Penjahat Lain, Termasuk Ayahnya Sendiri
Ia menjelaskan bahwa kunci keberhasilan puasa bagi penderita diabetes adalah 4J, yaitu jumlah, jadwal, jenis dan jurus memasak.
Seseorang yang berpuasa harus mencapai target kalori yang dibutuhkannya selama Ramadhan.
Perlu diketahui, target kalori untuk pria adalah 1.800-2.200 kkal per hari, untuk wanita yang bertinggi badan di atas 150cm 1.500-2.000 kkal per hari, dan untuk yang bertinggi badan kurang dari 150cm adalah 1.500 kkal per hari.
Komposisi dari target kalori ini adalah karbohidrat kompleks 45-50 persen, protein 20-30 persen, lemak kurang dari 35 persen, serta vitamin dan mineral sesuai angka kecukupan gizi (AKG).
Baca Juga : Dipercaya Dapat Usir Roh Jahat, Inilah Festival 'Buat Anak Menangis' Jepang yang Berusia 400 Tahun
Untuk memenuhi target ini, Juwalita telah membuatkan jadwal makan ketika berpuasa.
Pertama, mulailah hari puasa dengan meminum segelas susu rendah lemak pada pukul 3.00 pagi.
Ketika mendekati imsak, barulah Anda mengonsumsi sarapan yang tinggi serat, mengandung protein dan sedikit lemak.
Fungsinya adalah untuk menurunkan indeks glikemik dan mengenyangkan.
Spesialis Gizi Klinis ini menekankan pentingnya asupan tinggi serat karena memiliki banyak manfaat ketika berpuasa.
Baca Juga : Waspadalah, Hingga 6 Mei BMKG Imbau 16 Wilayah Ini Rawan Bencana Hidrometeorologis
Serat larut dapat memperlambat pencernaan sehingga Anda kenyang lebih lama, menurunkan kolesterol total dan LDL, dan menurunkan respons glukosa setelah makan.
Sementara itu, serat tidak larut dapat meningkatkan motilitas dan mencegah konstipasi, menurunkan risiko diabetes melitus, dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Nah, ketika berbuka puasa, batasi makanan atau minuman yang bergula tinggi.
Sebaliknya, ganti dengan makanan bergula yang tinggi serat dalam porsi tidak melebihi 10 persen dari total kebutuhan kalori, misalnya kurma atau potongan buah segar.
“Kalau bisa, yang ada proteinnya,” imbuh Juwalita yang memberi contoh untuk mengganti bubur sumsum menjadi bubur kacang ijo sebagai pilihan yang lebih sehat.
Ketika waktu makan malam tiba, piring Anda harus berisi komposisi lengkap, termasuk karbohidrat, protein, serat, dan sedikit lemak.
Proses memasaknya bisa direbus, dibakar, dipanggang, dikukus, ditumis atau disajikan segar.
Sebaliknya, hindari makanan yang digoreng. Sebelum tidur, Anda juga bisa mengonsumsi selingan malam yang mengandung serat.
Untuk jadwal minum, Juwalita menjelaskan bahwa kebutuhan air di bulan puasa sama saja dengan hari-hari biasanya, yaitu 8 gelas air atau dua liter per hari.
Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk memenuhi kebutuhan ini.
Minumlah dua gelas air saat sahur, satu gelas saat berbuka, satu gelas setelah hidangan berbuka, satu gelas sebelum makan, dua gelas sehabis makan, dan satu gelas lagi menjelang tidur.
Juwalita menjelaskan bahwa orang diabetes pun berisiko dehidrasi.
Kalau kadar gula dalam darahnya tinggi, pasien diabetes akan menjadi sering buang air kecil dan hal ini berisiko meningkatkan dehidrasi.
Baca Juga : Ternyata Orang yang Suka Mandi Lama Cenderung Tak Bahagia
Selama berpuasa, jangan lupa juga untuk melakukan cek gula darah berkala , minimal satu kali dalam sehari.
Bila tidak memiliki alatnya, segera batalkan puasa bila Anda mengalami sakit kepala, rasa berdebar-debar dan banyak buang air kecil.
Juwalita berkata bahwa pasien diabetes boleh berpuasa bila penyakitnya dapat dikontrol dengan hanya meminum obat dan telah berkonsultasi ke dokter 6-8 minggu sebelum puasa.
Sebaliknya, dia tidak menganjurkan pasien diabetes untuk berpuasa bila pernah mengalami hipoglikemia berulang atau komplikasi akut dalam tiga bulan terakhir, memiliki diabetes tipe satu yang gula darahnya tidak terkontrol, memiliki penyakit akut, sedang hamil, melakukan dialisis rutin atau mengalami gagal ginjal stadium 4-5, dan berusia tua.(Shierine Wangsa Wibawa)Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judulPunya Diabetes, tetapi Ingin Puasa? Begini Aturannya Menurut Ahli