Ia menambahkan, seringkali teriakan itu adalah respon otomatis orangtua. Meski tujuannya adalah untuk mendisiplinkan anak, ternyata cara tersebut tak sepenuhnya efektif.
Bukan saja kita memberi contoh strategi menghadapi konflik secara buruk, tapi juga ada efek jangka panjangnya.
Studi tahun 2013 mengungkap, perilaku verbal yang negatif (seperti berteriak) tidak akan membuat anak usia pra-remaja dan remaja mengubah perilakunya, malah mereka akan meneruskan ulahnya tersebut.
Baca Juga : Penjara Wanita di Ohio Ini Berikan Kesempatan Ibu Narapidana Untuk Mengasuh Anak-Anaknya
Sebagian pakar juga menilai bahwa berteriak adalah bentuk baru dari pukulan pada bokong (spanking).
Banyak dari generasi orangtua milenal yang tumbuh dengan teriakan, omelan, dan juga pukulan orangtuanya.
Sehingga terkadang itu jadi referensi dalam pola asuhnya mendisiplinkan anak. Yang terlambat kita sadari adalah cara tersebut membuat kita merasa buruk.
Baca Juga : Ayah yang Sedang Marah Ini Memberi Pelajaran yang Unik kepada Babysitter yang Mengasuh Anaknya
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Katharina Tatik |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR