Advertorial
Intisari-Online.com - Sebuah penelitian besar dan baru mungkin dapat memberikan pandangan yang membingungkan bagi pecinta telur.
Dilansir dari cbsnews, penelitian dari Northwestern Medicine menemukan bahwa orang dewasa yang makan beberapa telur per minggu dan makanan yang mengandung kolesterol dalam jumlah yang tinggi memiliki risikopenyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dan kematiandari beberapa sebab.
Temuan menunjukkan mungkin sudah waktunya orang untuk mengevaluasi kembali pedoman diet AS saat ini yang tidak lagi membatasi kolesterol atau telur, kata para peneliti.
Salah satu penulis, Norrina Allen, Ph.D, seorang profesor kedokteran pencegahan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern,Feinberg School of Medicine,berpesan tentang kolesterol, yang kebetulan ada pada telur, terutama kuning telur.
Dia menambahkan bahwa sebagai bagian dari diet sehat, orang perlu mengonsumsi kolesterol dalam jumlah yang lebih rendah.
Orang yang mengonsumsi lebih sedikit kolesterol memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung.
Sebelum 2015, pedoman nutrisi merekomendasikan makan kurang dari 300 miligram kolesterol per hari.
Tapi berdasarkan data tahun itu, rekomendasi berubah, yakni menjadi menghilangkan batas harian pada kolesterol dan berfokus pada pengurangan makanan yang tinggi lemak jenuh.
Baca Juga : Gelontorkan Dana Rp29,6 Triliun, China Siap Bangun 20 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Penelitian baru ini menjadi alasan kuat untuk mengembalikan batasan tersebut.
Allen dan timnya mengumpulkan data hampir 30.000 orang dewasa dengan ras dan etnis berbeda antara tahun 1985 dan 2016.
Para partisipan ditanya tentang kebiasaan diet mereka selama sebulan atau setahu terakhir dalam sebuah kuesioner yang luas.
Pada akhir periode tindak lanjut, kelompok tersebut telah mengalami 5.400 kejadian kardiovaskular dan 6.132 kematian dari sebab apa pun.
Baca Juga : Selalu Berdebat, Akhirnya Para Ahli Putuskan Berapa Banyak Telur yang Boleh Kita Konsumsi
Sebuah analisis menemukan bahwa mengonsumsi 300 miligram kolesterol makanan per hari dikaitkan dengan 17 persen risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dan risiko kematian 18 persen lebih tinggi.
Telur kemudian dilihat secara khusu karena mereka adalah salah satu sumber terkaya kolesterol makanan.
Satu telur besar mengandung sekitar 186 miligram kolesterol makanan yang terkandung dalam kuning telur.
Para peneliti menemukan bahwa makan tiga hingga empat telur per minggu dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular 6 persen lebih tinggi dan risiko 8 persen lebih tinggi dari setiap penyebab kematian. Temuan ini dpublikasikan di JAMA.
Baca Juga : Sejarah Zionisme yang Landasan Filosofisnya Telah Ada Ratusan Tahun Lalu
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, laporan ini jauh lebih komprehensif, dengan data yang cukup untuk membuat pernyataan yang kuat bahwa telur dan asupan kolesterol diet secara keseluruha tetap penting dalam memengaruhi risiko penyakit jantung dan kematian, tulis Dr. Robert H. Eckel dalam sebuah editorial yang diterbitkan bersama dengan penelitian.
Dengan begitu banyak bukti yang saling bertentangan, mungkin sulit bagi masyarakat untuk melacak makanan mana yang dianggap pilihan sehat.
Seorang ahlipencegahan penyakit jantung di Klinik Cleveland, Dr Leslie Cho pun mengatakan bahwa dia memahami bahwa orang akan bingung dan frustasi terhadap penelitian yang saling bertentangan.
Dia mencatat bahwa sementara laporan JAMA secara ilmiah baik dan dilakukan dengan baik pula, namun seperti penelitian lain, penelitian tersebut juga memiliki keterbatasan.
"Ini adalah penelitian yang sangat besar dengan sejumlah besar jenis pasien yang berbeda. Ini semua adalah hal yang bail," katanya. "Tetapi secara umum, setiap studi diet penuh dengan kesulitan karena masalah mengingat pasien. Apakah Anda ingat apa yang Anda makan minggu lalu? Karena saya pun tidak. Itu sama dengan pasien lain."
Sebagian besar studi diet juga bersifat observasional, membuat temuan mereka kurang dapat diandalkan.
Itu karena uji coba untuk menguji keamanan dan kemanjuran suatu obat yang terkontrol secara acak, melainkan sulit untuk secara acak mengontrol apa yang dimakan orang dalam jangka waktu yang lama, terutama dengan ukuran sampel yang besar.
Baca Juga : Studi: Makan Setengah Bawang Sehari Bisa Kurangi Risiko Kena Kanker Usus