Advertorial
Intisari-Online.com - Guru adalah manusia mulia yang mengajarkan banyak hal agar murid-muridnya menjadi orang yang sukses.
Banyak pengorbanan yang rela dikeluarkan oleh seorang guru agar tujuan tersebut tercapai, seperti yang dilakukan olehseorang guru dari pedesaan Kenya ini.
Mulianya, dia memberikan sebagian besar gajinya untukmurid-murid miskin yang diajarnya.
Untuk kebaikannya tersebut, dia memenangkan hadiah $ 1 juta (sekitar Rp14 miliar) untuk guru terbaik di dunia.
Baca Juga : Selalu Berdebat, Akhirnya Para Ahli Putuskan Berapa Banyak Telur yang Boleh Kita Konsumsi
Nama guru itu adalah Peter Tabichi, yang memenangkan Global Teacher Prize 2019, seperti diwartakan BBCpada Minggu (24/3/2019).
Peter mengajar di sekolah miskin dengan kelas-kelas yang padat dengan murid danhanya memiliki beberapa buku teks pelajaran.
Dia menginginkan muridnya belajar sains karena itulah jalan untuk mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Untuk upaya mulianya tersebut, diabanyak dipuji.
Baca Juga : Sejarah Zionisme yang Landasan Filosofisnya Telah Ada Ratusan Tahun Lalu
Penghargaan yang diterimanya diumumkan dalam sebuah upacara di Dubai.
Penghargaan itu diberikan untuk menghargai komitmen guru yang luar biasa kepada murid-murid di bagian terpencil Lembah Rift Kenya.
Peter memberikan 80 persen gajinya untuk mendukung murid-muridnya di Keriko Mixed Day Secondary School di Desa Pwani, Naruku.
Murid-murid di sekolah itu tidak mampu membeli seragam atau buku untuk keperluan sekolah mereka.
Baca Juga : Muhammadiyah: 1 Ramadhan 1440 Hijriah Jatuh 6 Mei 2019 dan Hari Raya Idul Fitri pada 5 Juni 2019
Peter berkata bahwa apa yang dilakukannya bukan soal uang.
Dia menyaksikan sendiri, hampir semua muridnya berasal dari keluarga yang miskin dan banyak pula yang yatim piatu.
Guru berusia 36 tahun tersebut meningkatkan semangat belajar muridnya dalam sains tidak hanya di Kenya, tetapi juga di seluruh Afrika.
Peter mengatakan bahwa sebagai seorang guru, dia melihat anak-anak muda di Afrikamemiliki harapan dalamkeingintahuan, bakat, kecerdasan dan kepercayaan.
Baca Juga : 5 Panduaan Bersihkan Tubuh dari Racun, Yuk Lakukan Setiap Hari
Anak-anak tersebut kini tidak akan lagi terhambat oleh harapan rendah mereka.
Dia percaya Afrika akan menghasilkan ilmuwan, insinyur, pengusaha yang suatu hari akan terkenal di setiap sudut dunia dan anak perempuan akan menjadi bagian besar dalam hal tersebut.
Penghargaan yang diselenggarakan oleh Varkey Foundation tersebut telah menempatkan Peter sebagai pemenang, mengalahkan 10.000 nominasi lainnya dari 179 negara.
Peter mengatakan bahwa tantangan dari mengajar adalah kurangnya fasilitas di sekolahnya, termasuk tidak cukup buku dan guru.
Kelas yang biasanya hanya menampung 35 hingga 40 murid, digunakan untuk menampung 70 atau 80 murid sehingga kelas nampak penuh sesak.
Kurangnya koneksi internet juga menjadi salah satu penghambat baginya karena hal itu berarti dia harus pergi ke warnet untuk mengunduh bahan untuk mengajar.
Banyak murid berjalan lebih dari 6 km di jalanan yang buruk untuk mencapai sekolah.
Belum lagi, Peter juga harus membujuk masyarakat setempat untuk mengerti nilai pendidikan, dengan mengunjungi keluarga yang anak-anaknya berisiko putus sekolah.
Baca Juga : Seorang Guru Kaget Ketika Pendidikan Seks di SD, Seorang Murid Memberikan 'Catatan Pemerkosaan Ayah'
Dia mencoba untuk mengubah pikiran keluarga yang berharap anak perempuan mereka menikah di usia dini, dengan mendorong mereka untuk memasukkan anak perempuan mereka ke sekolah.
Namun, Peter bertekad untuk terus memberi mereka kesempatan untuk belajar sains agar wawasan mereka terus bertambah.
Murid-muridnya bahkan telah berhasil dalam kompetisi sains nasional dan internasional, termasuk mendapatkan penghargaan dariRoyal Society of Chemistry di Inggris.
Baca Juga : Perusahaan Fashion Jual Celana Tembus Pandang Seharga Rp700 Ribu, Pembeli: Apa Gunanya?