Advertorial
Intisari-Online.com - Di negara-negara maju, tingkat kesembuhan anak pengidap kanker berada pada angka 80%.
Sementara itu, menurut Pinta Manullang-Panggabean, pendiri sekaligus ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI), di negara berkembang (termasuk Indonesia), survival rate anak pengidap kanker hanya berkisar di angka 20%.
Ini tentu menambah kesedihan Pinta yang pernah memiliki anak pengidap kanker.
Andrew Manullang (Anyo) adalah putra sulung Pinta yang mengidap leukemia sejak berusia 11 tahun lalu meninggal pada usia 19 tahun.
“YAI ingin berperan dalam meningkatkan survival rate itu,” ungkap Pinta.
Perlu diketahui, menurut Pinta, ada 4.100 kasus baru kanker pada anak tiap tahunnya di Indonesia.
Itu belum termasuk anak pengidap kanker yang masih berlangsung.
Baca Juga : Fight, Pray, Hope: Kisah Dokter Spesialis Kanker Anak yang Mendedikasikan Hidupnya untuk Penderita Kanker
“Jangan bilang kita peduli tapi tak mau terlibat di dalamnya dan tak berbuat apa-apa,” tegas Pinta.
Salah satu cara yang sekarang gencar dilakukan Pinta dan rekan-rekannya di YAI adalah dengan memberikan edukasi ke berbagai daerah.
Edukasi ini bukan hanya menyasar masyarakat saja melainkan dokter-dokter di Puskesmas.
Sebab tak sedikit dokter di daerah-daerah yang belum dibekali pengetahuan dalam mendeteksi kanker sejak dini pada anak-anak.
Edukasi ini diterapkan dengan menyebar buku yang berisikan cara mendeteksi 6 jenis kanker pada anak.
Berdasar catatan Pinta, dua jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak adalah leukemia dan retinoblastoma (kanker mata).
Kedua jenis kanker itulah yang kini menjadi fokus edukasi Pinta bersama suami, Sabar Manullang, dan rekan-rekannya di YAI.
Baca Juga : Ingin Panjang Umur dan Bebas Kanker? Berikut 5 Tips Untuk Anda
Pinta berharap dengan hadirnya buku tersebut dapat mengetuk kepedulian dari berbagai pihak terhadap kanker anak.
Menurut Pinta, selama ini yang jadi prioritas justru kanker payudara dan serviks pada orang dewasa.
Dengan adanya kepedulian dan kemampuan masyarakat dalam mendeteksi gejala kanker sejak dini, tak ada lagi kasus pasien yang terlambat untuk berobat.
Semakin cepat pasien kanker dibawa berobat, semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh. “Semoga Anyo-Anyo lain bisa diselamatkan,” ucap Pinta penuh harap.
Baca Juga : Kesehatan Mental Mempengaruhi Pandangan Seseorang yang Didiagnosis Penyakit Kanker
Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari Edisi Juli 2018 dengan judul "Pengalaman Diri Jadi Inspirasi Berbagi" oleh Fajar Aryanto.