Intisari-Online.com - Setiap orang yang divonis terkena kanker, pasti langsung berkecil hati. Terlebih jika anak-anak yang mengalaminya. Hanya dukungan keluarga, kerabat dan penanganan yang tepat, yang bisa membuat peenderita kanker bisa semangat untuk menjalani hidup dan membawanya kepada kesembuhan.
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Anak Nasional, pada 15 Febuari ini, Kennedy Jennifer Dhillon bekerja sama dengan Gramedia Plasa Semanggi, dan Yayasan Anyo Indonesia menggelar acara bedah buku Fight, Pray, Hope yang ditulis oleh Ken, panggilan Kennedy.
Penyusunan buku ini dilandasi oleh semangat Ken untuk membuat hidupnya menjadi berdampak oleh banyak orang. Latar belakang Ken adalah seorang sutradara independen dan seorang penulis buku.
Buku ini membahas bagaimana seorang dokter spesialis kanker anak RS Dharmais, Edi Setiawan Tehuteru,Sp.A(K), MHA, IBCLC, dalam melakukan pekerjaannya sebagai dokter kanker anak, bagaimana penanganan kanker anak, dan testimoni dari anak-anak penderita kanker.
Dalam diskusi ini, Ken menunjukan prihatinnya kepada masyarakat yang langsung patah semangat bila divonis terkena kanker. “Dalam buku ini, saya ingin memberi semangat bahwa kanker bisa disembuhkan. Yang dibutuhkan oleh anak-anak hanya dukungan dan doa dari keluarganya untuk sembuh.
Senada dengan Ken, Dokter Edi menjelaskan mengenai pengobatan kemoterapi bahwa pengobatan kanker ada 3. Yaitu radiologi, kemoterapi dan operasi. Yang menyebabkan kemoterapi nampak menyeramkan karena sistem kemoterapi itu menyerang semua sel. Baik sel baik dan sel jahat sehingga dapat terjadi kerontokan dan sel darah seperti hemoglobin ikut terganggu. Setelah pengobatan selesai, rambut dan sel-sel darah dapat tumbuh lagi.
Selain pengobatan medis seperti kemoterapi, Dokter Edi berharap bagi keluarga agar tetap memenuhi keinginan anaknya sehingga hidup anak tetap berkualitas. “kita memang sedih pasien sakit, tapi keluarga harus tetapi memenuhi keinginan pasien, apalagi anak-anak. Anak-anak tidak mungkin hidup tanpa keluarga, karena mereka bergantung kepada keluargannya,” kata Dokter Edi.
Proses pembuatan buku ini ternyata memakan waktu cukup lama. “Dari mulai riset, bertemu dokter Edi, hingga naskah akhir, membutuhkan waktu 1 tahun,” kata Ken. Setelah buku ini diluncurkan, Ken memiliki misi untuk tetap menjadi volunteer kanker anak dan mendukung impian dokter Edi membuat yayasan kanker sendiri.