Advertorial
Intisari-Online.com -Pada mulanya, apa yang disebut SS hanyalah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa gelintir orang.
Mereka ini adalah orang-orang terpercaya yang tugasnya menjadi juru kawal Adolf Hitler, sang pemimpin Nazi, saat masih dalam awal perjuangannya untuk merebut kekuasaan di Jerman.
Adalah Hitler sendiri yang menggagas pembentukan satuan pengawal pribadi dengan loyalitas tunggal terhadap dirinya itu.
Hal ini dianggapnya perlu, karena barisan pengawal Partai Nazi yang dinamakan Sturmabteilung atau SA, dirasanya kurang memadai, baik dalam kemampuan maupun terutama kesetiaannya.
Satuan kawal pribadi bentukan Hitler yang dikenal dengan nama Schutzstaffel (SS) atau “Regu Pelindung” inilah, yang kemudian dikembangkan dan menjadi kendaraan penting Hitler.
(Baca juga:Swiss Guard, Pasukan Pengawal Paus yang Mirip Gurkha Tapi Bersenjata dan Lebih Mengerikan)
Tujuan utamanya adalah untuk menguasai dan menebar teror di seluruh wilayah yang dikuasai Nazi Jerman.
Hitler memutuskan pembentukan satuan kawal pribadinya pada Maret 1923.
Ia sendiri yang memilih orang-orangnya, dibantu supir setianya Julius Schreck dan pengikut fanatiknya yang lain, Josef Berchtold.
Semula satuan kecil ini dinamakan Stabswache atau Penjaga Markas. Namun nama itu tidak memuaskannya, lalu digantinya menjadi Stosstrupp Adolf Hitler agar terasa lebih pribadi.
Ketika Hitler mencoba melakukan perebutan kekuasaan di Bavaria pada 9 November 1923 yang dikenal sebagai Munich Putsch, ia mengikutsertakan para pengawal pribadinya.
Usaha kup itu gagal, dan Hitler pun dijebloskan ke dalam sel penjara Landsberg.
Di situlah ia menuliskan Mein Kampf, yang oleh Partai Nazi kemudian dijadikan “kitab suci”.
Sekeluarnya dari bui, Hitler pada April 1925 membentuk lagi regu pengawal pribadinya yang hanya terdiri dari delapan orang terpilih.
Oleh aktivis Nazi lainnya, Hermann Goering, regu kecil ini dinamakan Schutzstaffel, yang lebih terkenal dengan singkatan SS.
(Baca juga:Guru-guru di Jerman Berharap Mein Kampf-nya Adolf Hitler Diajarkan di Sekolah?)
Goering memperoleh ide nama tersebut dari pengalamannya sebagai “Regu Pelindung.”
Satuan SS ini sedikit demi sedikit diperluas keanggotaannya. Di antara yang bergabung terdapat seorang sobat Hitler bernama Heinrich Himmler.
Ia terdaftar sebagai anggota SS dengan nomor 168. Himmler membuktikan dirinya mampu berorganisasi dan memimpin.
Ia dari mula berambisi SS nantinya bukan cuma sekadar tentara biasa, tetapi harus menjadi pasukan istimewa yang elite.
Sekalipun SS ketika itu masih berada di bawah naungan SA yang dipimpin Ernst Roehm, namun Himmler dengan dukungan Hitler terus membangun SS-nya yang berseragam hitam.
Tujuannya untuk membedakan dengan SA yang berseragam warna coklat.
Hitler mendukung ambisi Himmler karena punya perasaan bahwa keselamatannya selalu dalam bahaya, terancam oleh para lawan politiknya.
Bahkan setelah ia berkuasa nantinya pun, perasaan tersebut selalu membayanginya.
Semasa ia belum berkuasa, maka ketakutannya terutama terhadap kaum komunis yang memiliki kekuatan cukup besar sebagai pesaing Partai Nazi.
Karena itu tak heran apabila sering terjadi bentrokan fisik antara gerombolan SA dengan para pendukung komunis.
(Baca juga:Khmer Merah yang Ingin Dirikan Negara Komunis Radikal Justru Digulingkan Vietnam yang Pernah Membantunya)
Selain itu Hitler juga punya rasa was-was terhadap tentara reguler (Reichswehr), yang pimpinannya ia anggap dikuasai kasta militer yang tradisional konservatif.
Meskipun Partai Nazi akhirnya memenangkan pemilu dan Hitler berhasil menjadi kanselir (PM) pada awal 1933, kekhawatirannya terhadap Reichswehr tidaklah berkurang.
Ia melihat sosok Presiden Hindenburg yang walau sudah renta dan mulai pikun, tetap merupakan simbol orde lama yang didukung tentara.
Bagaimana seandainya Reichswehr melakukan kudeta terhadap kekuasaan Nazi?
Karena itu Hitler bersama Himmler terus memperluas dan meningkatkan kemampuan SS yang sangat dipercayainya, termasuk satuan bersenjata untuk mengawal keselamatan pribadinya.
Satuan paling elite ini pun dinamakan Leibstandarte SS Adolf Hitler. Para anggotanya mengucapkan sumpah kesetiaan kepada Hitler pribadi.
Mereka bahkan bersumpah siap mati dalam pertempuran demi membela Hitler. Dengan prinsip itu SS pun menjadi pasukan Nazi yang paling fanatik dan brutal.
(Baca juga:Stosstruppen, Pasukan Gerak Cepat Nazi yang Menjadi Cikal Bakal Waffen SS dan Pasukan Gerak Cepat Dunia)