Mengetahui hal itu, pihak keluarga lalu bergegas membawanya ke kamar. Bahkan, Ardana memanggil dokter dari Puskesmas Banjarangkan II untuk memeriksakan kondisi Wayan Norti.
"Dokter sudah sampai di rumah, tapi Ni Wayan Norti enggan untuk diperiksakan kondisinya. Dokter pun lalu lalu pulang," ungkapnya.
Setelah mengalami peristiwa aneh itu, pihak keluarga lalu menggelar ritual di Pura Pejenengan Sakti. Beberapa kerabat dan Ni Wayan Norti sempat kesurupan di pura tersebut.
Bahkan, situasi heboh ketika Ni Wayan Norti berlari dari pura menuju kediamannya untuk memanggil kedua putrinya.
"Karena mengalami peristiwa seperti itu, rencananya Ni Wayan Norti akan melaksanakan ritual mediksa," ungkap Ardana.
Menurut beberapa warga dan kerabat, Norti menerima pawisik atau suara gaib untuk menjalani kehidupan sebagai seorang dwijati (orang suci) dengan gelar Sri Mpu Basuki Bian Ratu Sakti.
Pihak keluarga pun menyanggupi melaksanakan proses diksa/medwijati terhadap Ni Wayan Norti.
(Baca juga: Heboh Acara Pernikahan Anak Pengusaha Tambang Kalimantan, Pesta Rakyat 10 Hari Undang Via Vallen hingga Afgan!)
Sementara itu, Ketua PHDI Klungkung Putu Suarta menyampaikan, pihak PHDI tidak akan membatasi siapa pun, termasuk Ni Wayan Norti, untuk menjadi seorang diksa/medwijati.
Menurut dia, tidak ada batasan usia dari seseorang untuk melakukan prosesi mediksa atau penyucian. Semua tergantung yang pada yang bersangkutan dan nabe (guru).
"Calon diksa harus punya kesiapan mental maupun lainnya dan keluarga mendukung. Kalau usia tua tapi belum bisa mengendalikan diri, kami juga khawatir it,” ujar I Putu Suarta ketika ditemui di Sekretariat PHDI Klungkung, Rabu (14/3/2018).
“Ketika seseorang sudah didwijati tidak lagi memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi."
Suarta mengatakan, mereka yang menjadi seorang sulinggih atau orang yang sudah disucikan harus memiliki kesadaran dan punya disiplin tinggi menaati hukum agama.
"Jangan nanti ketika seseorang sudah mendiksa, mencari kerja atau terikat oleh pekerjaan di luar urusan keagamaan, itu yang kami khawatirkan.”
“Makanya saat diksa pariksa, kami dari tim diksa pariska kabupaten selalu bertanya soal kesiapan yang bersangkutan, baik jasmani, rohani, material, maupun kesiapan keluarga, anak-anaknya seperti apa,” ungkapnya. (Caroline Damanik)
(Baca juga: Heboh Mahasiswa Beri Kartu Kuning ke Jokowi, Inilah Sejarah Kartu Kuning di Sepakbola)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Wanita di Bali Hebohkan Warga, Tiba-tiba Lari Padahal Disebut Sudah Meninggal”)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR