(Baca juga: Punya Kekayaan Rp15 Triliun hingga Rp48 Triliun, Inilah Orang Terkaya di Indonesia Paling Muda versi Forbes Saat Ini)
Tidak ada mesin pesawat terbang, mereka gunakan mesin sepeda motor Harley Davidson.
Dibuatlah pesawat jenis olahraga WEL (Wiweko-Experimental-Light)-1 yang juga dikenal sebagai RI-X. Semua komponennya, sampai pada mur, buatan sendiri. Ketika diuji-coba, RI-X ini sempat terbang, walaupun hanya sampai ketinggian 3 meter.
Sayang karena kesalahpahaman dalam pengangkutan, pesawat itu dirusak tangan-tangan jahil.
Untuk mewujudkan rencana pembangunan industri penerbangan nasional dan maskapai penerbangan, sebagaimana dicita-citakan semula, Opsir Udara II Wiweko dalam revolusi fisik itu juga dikirim belajar ke luar negeri (Amerika Serikat).
Namun karena waktu itu Yogyakarta diserang Belanda, Wiweko “tersangkut” di Burma (Myanmar sekarang) dan mendirikan Indonesia Airways.
Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda dan Belanda menyerahkan pangkalan udara Andir kepada TNI AU, TNI AU menunjuk Wiweko untuk memimpin Depot Perawatan Teknik di Andir. Tidak lama setelah itu, pimpinan Depot diserahterimakan dari Komodor Muda Udara (Kol) Wiweko kepada Mayor Udara Nurtanio, yang telah kembali dari Filipina.
Nurtanio mengumpulkan kembali kawan-kawannya dari gudang kapuk Magetan dan mendirikan Seksi Percobaan. Dengan semangat perjuangan 1945, dengan mesin-mesin tua pembelian Belanda sebelum Perang Dunia II, dan apa yang ada di gudang yang ditinggalkan Belanda, mereka merancang dan membuat pesawat anti-gerilya Sikumbang.
(Baca juga: (Foto) Ada Pesan Mengharukan dari Sang Ibu di Balik Foto-foto 'Menyeramkan' Putra Kecilnya Ini)
Pesawat all metal pertama dan pesawat tempur pertama buatan Bangsa Indonesia ini berhasil diterbangkan pada 1 Agustus 1954. Kepercayaan diri yang ditimbulkan oleh Sikumbang pun mendorong lahirnya pesawat-pesawat lain: Kunang-kunang dan Belalang.
Dengan dorongan DEPERNAS, didirikanlah LAPIP, yang diresmikan tahun 1961. LAPIP kemudian mengadakan kerjasama dengan Polandia untuk mendirikan pabrik pesawat terbang di Indonesia.
Pendiriannya terbagi dalam tiga langkah: pendidikan personel dan persiapan material, percobaan produksi dalam jumlah terbatas (membangun pabrik), serta menyempurnakan produksi dalam jumlah banyak (1966-1968).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR