Tahun 1946, Bagian Rencana dan Konstruksi dipindahkan ke Pangkalan Udara Maospati (Lanud Iswahyudi sekarang). Di sanalah Nurtanio dan Wiweko mencurahkan pikiran, tenaga, dan angan-angan untuk membangun penerbangan nasional.
Bersama pemuda-pemuda yang pernah bekerja di bengkel ML di Andir (Lanud Husein Sastranegara sekarang), bertempat di bekas gudang kapuk di Magetan, dibangunlah bengkel pembuatan pesawat.
Dalam keadaan blokade Belanda waktu itu, mereka hanya mampu membuat pesawat layang jenis Zoglin. Pesawat layang ini terbuat dari kayu yang mereka tebang sendiri di hutan, kain belacu untuk sayap, dan tidak jarang terpaksa mengambil kawat jemuran orang.
(Baca juga: Pesawat Pernah Ditembak Dua Kali di Papua, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto Termasuk Penerbang Yang Beruntung)
Betapa pun sederhananya, pesawat layang yang dikenal dengan sebutan NWG (Nurtanio-Wiweko- Glider) itulah yang digunakan untuk menyebarkan minat dirgantara di tengah-tengah pemuda Indonesia di ibukota RI Yogyakarta.
Bahkan pesawat sederhana itu pula yang digunakan untuk seleksi calon-calon kadet penerbang TNI AU sebelum diberangkatkan belajar ke luar negeri (India).
Keberhasilan tersebut mendorong Kepala Staf TNI AD pada tahun 1946 mengusulkan pembentukan Komisi Penerbangan dengan tujuan menetapkan kemauan politik mengembangkan penerbangan sipil.
Selain itu, ia juga mendorong Kepala Staf TNI AU untuk merencanakan pendirian “perusahaan pesawat terbang nasional”.
Sebagai upaya untuk mencapai cita-cita itu, Nurtanio ditugaskan belajar di Filipina (FEATI – Far Eastern Aero Technical Institute). Dengan menerobos blokade Belanda, ia diterbangkan ke Manila dan dari FEATI ia mendapat gelar Bachelor in Aeronautical Science.
Setelah ia gugur, almamaternya menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa, yang diterima oleh istrinya di Manila.
Semangat tetap menyala
Kesulitan bahan dan peralatan karena blokade Belanda yang ketat tidak memadamkan semangat Wiweko dan kawan-kawannya di gudang kapuk. Mereka tetap pada cita-cita merancang dan membuat sendiri pesawat bermotor.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR