Yang “ramai" wanita
Pertama kali yang saya kenal adalah gangsing. Yang dibelikan ibu dari pasar. Pada saat itulah saya dengar suara merdu yang mendengung dari lobang bambu yang berputar diatas ubin. Senang sekali saya waktu itu.
R.R. Marett didalam tulisannya “The Threshold of Religion" menyebut bahwa permainan yang mengeluarkan bunyi-bunyian seperti konsert ini sebagai bentuk 'female', wanita.
(Baca juga: Jangan Remehkan 10 Permainan Sederhana Ini karena Bisa Mencerdaskan Otak Bayi Anda)
Sedang satunya yang hanya berputar dan menancap tajam kedalam tanah sebagai bentuk 'male', pria.
Pada waktu saya masih kanak-kanak memang suasananya baru saja aman. 0rang-orang pun baru kembali mengungsi dari desa dan kota sedikit demi sedikit ramai keadaannya.
Setelah dibelikan gangsingan oleh ibu itulah beberapa hari kemudian saya kenal lagi jenis satunya, kekeyan. Jenis yang berbentuk pria ini memang sangat sesuai dilakukan oleh hanya anak-anak laki-laki.
Tidak ada orang yang menjualnya di warung-warung, apalagi di toko. Kebanyakan anak-anak sudah pandai membuatnya sendiri.
Dibuat dari ukuran yang paling kecil, pernah saya lihat sebesar ibu jari, sampai sebesar kepala bayi. Tentu saja yang membanggalkan kekeyan sebesar ini bukan kanak-kanak lagi.
Memang orang-orang yang sudah dewasalah justru yang merajai halaman rumah.
Paku yang dipasang pada ekor kekeyan itu semula runcing. Di daerah kami orang-orang sengaja membuatnya seperti kapak dengan mulut yang lebar dan tajam.
Lalu dilaksanakanlah aduan. Yang saya ingat waktu masih kecil, beberapa kekeyan dikumpulkan di dalam Iingkaran kecil.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR