Damar Wulan segera membuat gasing. Dia membuat lima. Dia ternyata sangat pintar dan hasil karya dari kayu kesambi itu sangat bagus-bagus pula. Dicobanya dan berputar dengan indah.
Mainan yang baru itu dibawa ke kota dan empat orang anak yang sebaya diajaknya bermain. Semua tidak ada yang menang.
(Baca juga: Inilah Hasil Rekonstruksi Wajah Pria yang Menjalani Operasi Wajah Selama 14 Tahun, Mengagumkan!)
Banyak orang kota ikut menyaksikan permainan yang mengagumkan itu. Setelah gasing itu dipertontonkan, tiba-tiba turun hujan dengan lebatnya. Orang-orang bersyukur semua. Kemarau yang panjang tersiram sudah.
Pohon-pohon menyemikan daun baru. Petani-petani mulai aktif lagi bertanam. Dan Damar Wulan semakin terkenal. Dia lalu diambil oleb Patih Majapahit untuk tinggal di kediamannya.
Di situ dia masih suka bermain gasing dengan orang banyak, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Pada saat itu yang memerintah Majapahit adalah seorang Ratu. Diapun pada suatu hari ingin menyaksikan sendiri bagaimana permainan itu.
Permainan itu diikuti oleh lima orang. Masing-masing harus berusaha siapa yang paling lama berputarnya. Yang paling lama adalah yang paling hebat, dia yang menang. Untuk juara ini diberi gelar raja. Yang nomor dua lamanya berputar adalah patih. Nomor tiga dan seterusnya adalah rakyat.
Damar Wulan selalu menang. Bahkan dia selalu berhasil memuati kepala gasing lawannya dengan gasingnya sendiri dan terus berputar. Ratu sangat takjub melihat kepandaiannya.
“Siapakah engkau dan di mana tinggalmu?" Ratu bertanya.
“Nama saya Damar Wulan dan saya bertempat tinggal di rumah patih.”
(Baca juga: Manfaatkan Liburan Kali Ini untuk Singkirkan Gadget Sambil Kenalkan Permainan Tradisional pada Anak)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR