Intisari-Online.com - Salah satu upaya AURI (TNI AU) menumpas Permesta di kawasan Indonesia Timur (1958-1960) adalah menggeser pesawat-pesawat tempur ke kawasan Maluku yang secara politik masih pro RI.
Banyak kendala yang harus dihadapi AURI dalam upaya memindahkan pesawat-pesawat tempur ke kawasan Maluku seperti lapangan udara Laha, Liang, dan Amahai.
Pasalnya lapangan udara untuk mendaratkan pesawat-pesawat tempur dan transpor itu betul-betul berupa lapangan yang belum memiliki fasilitas untuk operasional menerbangkan dan pendaratan pesawat.
Jika pesawat-pesawat harus terbang dan mendarat saat malam hari sepanjang pinggir landasan yang masih dipenuhi rumput setinggi paha dipasang obor dari minyak tanah yang berfungsi sebagai panduan para pilot.
(Baca juga: BPOM Nyatakan Albothyl Tidak Disarankan untuk Obat Sariawan, Inilah Alasannya)
Sedangkan pada siang hari jika akan mendarat pilot-pilot AURI menggunakan panduan berupa asap yang dinyalakan oleh para kru di darat.
Fasilitas untuk menginap bagi para pilot dan teknisi pesawat juga belum ada sehingga mereka harus tidur di tenda darurat atau pondok yang dibangun dengan bahan apa adanya.
Kamar mandi bahkan belum ada sehingga untuk keperluan mandi dan keperluan MCK para pilot dan pasukan tempur lainnya terpaksa pergi ke pantai yang tidak jauh dari pangkalan.
Saat dini hari ketika akan terbang untuk bertempur para pilot juga hanya bisa sarapan pisang goreng dan kopi pahit seadanya mengingat logistik seperti beras sangat jarang ditemukan.
Tapi meski bertempur hanya dengan fasilitas yang sangat terbatas para pilot AURI tetap memiliki moril tempur yang tinggi.
Setelah melalui berbagai pertempuran sengit AURI akhirnya berhasil meraih keunggulan udara atas Permesta yang didukung oleh kekuatan AU-nya.
Yakni AUREV dan didukung oleh pesawat-pesawat tempur yang lebih canggih.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR