Intisari-Online.com - Ketika pada tahun 1958-1960 terjadi konflik militer antara Angkatan Perang RI (APRI) melawan kelompok Pemberontak Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin mendirikan negara merdeka di kawasan Indonesia Timur, peperangan yang dahsyat dan memakan korban jiwa pun tidak terelakkan.
Demi menumpas Permesta, APRI mengerahkan seluruh kekuatan seperti pesawat-pesawat tempur dan transpor serta kapal-kapal perang ke kawasan Indonesia Timur.
Upaya memadamkan Permesta oleh APRI merupakan perjuangan yang berat karena untuk mengirimkan pasukan dan persenjataan dari Jawa perlu menempuh jarak lebih 3000 km.
Perjalanan pesawat-pesawat AURI dan kapal-kapal perang menuju Indonesia Timur pun rawan oleh sergapan pesawat-pesawar tempur Permesta yang dikenal sebagai Angkatan Udara Revolusiuoner (AUREV).
(Baca juga: 60 Tahun Permesta: Ibarat ‘David Vs Goliath’, AURI Berhasil Tumpas Permesta Berkat Taktik Jitu)
Apalagi AUREV didukung oleh para tentara bayaran dari Sekutu (AS dan Austrlalia) serta sejumlah agen CIA yang sedang mendapat tugas khusus membuat kekacauan di kawasan Pasifik.
Suatu hari satu pesawat pengebom B-26 yang dipiloti oleh agen CIA, Allen Pope dan navigator Harry Rantung, bermaksud menyerang kapal-kapal perang dan transport ALRI yang sedang bergerak ke Maluku.
Pope pun segera melaksanakan manuver untuk menjatuhkan bom dan menembakkan sejumlah roket.
Sementara kapal-kapal perang ALRI yang melihat datangnya pesawat B-26 segera menyiapkan peran tempur menggunakan persenjataan penangkis serangan udaranya.
Bom yang dilepaskan B-26 jatuh dan meledak sekitar 50 meter dari kapal ALRI KRI Sawega yang saat itu ditumpangi oleh Pangdam XV Pattimura Kolonel Herman Piters dan komandan kapal Mayor Laut Sudomo.
Ketika B-26 sedang sibuk menyerang kapal-kapal perang ALRI pada saat yang sama juga muncul pesawat tempur P-51 Mustang AURI yang dipiloti oleh Kapten Udara Ignatius Dewanto.
Kapal-kapal perang ALRI langsung menembaki B-26 AUREV menggunakan persenjataan penangkis serangan udara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR