Inggris juga mengakui pentingnya kekuatan udara dan lalu mendirikan Royal Air Force (RAF) yang terpisah dari AD dan AL pada April 1918.
AS sendiri, meski ada penganjur visioner seperti Billy Mitchell, tidak mengikuti jejak Inggris dan mendirikan AU terpisah.
Dinas Udara hanya dijadikan sebagai lengan tempur AD pada 1920.
Baru tahun 1926 muncul UU Korp Udara yang lalu mengubah nama Dinas Udara menjadi Korp Udara.
Maret 1935, Markas Umum AU mengambil alih komando unit-unit taktis Korp Udara berbasis di AS yang sebelumnya dalam penguasaan AD.
Ketika Jerman, Jepang, dan Italia mulai membangun angkatan bersenjata, Korp Udara, demikian pula seluruh AD, tetap menjadi lembaga kecil dengan dana terbatas untuk pertumbuhan atau modernisasi.
(Baca juga: Romusha dan Jugun Ianfu, Cara Keji Jepang dapatkan Tenaga Kerja dan Budak Seks Gratis)
Setelah meletus Perang Dunia II pada September 1939, Korp Udara mulai tumbuh yang terdiri atas 26 ribu personel dan kurang dari 2.000 pesawat.
Pada 20 Juli 1941, Departemen Perang mendirikan Angkatan Udara AD AS (US Army Air Force/USAAF) sebagai elemen penerbangan.
Tak lama kemudian menjadikannya setara dengan Kekuatan Darat AD, sementara Korp Udara tetap sebagai salah satu lengan tempur AD sebagaimana infanteri.
US AAF dipicu perkembangannya menyusul terjadinya serangan mendadak Jepang ke Pearl Harbour di Hawaii pada Desember 1941, yang lalu menarik AS ke kancah peperangan.
Di bawah kepemimpinan Jenderal Henry “Hap” Arnold, US AAF mengawasi mobilisasi industri penerbangan dan penggelaran armada udara paling besar sepanjang zaman.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR