Pasukan kavaleri Prussia yang sudah dibenahi Frederick berhasil membuktikan kemampuannya dengan gemilang, disusul dengan kemenangan pasukan infanterinya.
Kemenangan yang menentukan ini memaksa Maria Theresa untuk berdamai dengan Frederick melalui Perjanjian Breslau, dan wilayah Silesia pun masuk ke Prussia.
Kemenangan ini juga meniupkan kepercayaan bahwa tentara Prussia adalah tentara yang paling tangguh dan tak terkalahkan.
Sekalipun demikian ancaman dari Austria tetap membayangi.
Apalagi Frederick selalu curiga Maria Theresa akan berusaha merebut kembali Silesia.
Raja Prussia ini pun lalu membuat aliansi dengan Perancis dan Bavaria, namun tidak bertahan lama.
Tentara Prussia yang ditempatkan di Silesia selalu diganggu oleh pasukan iregular Austria dan Hongaria.
Namun Frederick dapat mengatasinya dengan membuat jejaring mata-mata, termasuk menyebarkan informasi palsu mengenai kekuatan tentaranya yang diam-diam disiapkan untuk menghadapi Austria.
Pada 3 Juni 1745 malam hari, 60.000 pasukan Prussia dengan cepat bergerak secara rahasia dan melakukan serangan dadakan terhadap 80.000 pasukan Kekaisaran Austria yang dipimpin Charles VII.
Dalam pertempuran hebat pagi hari yang hanya berlangsung dua jam, pasukan Prussia dengan kedisiplinannya berhasil menggulung pasukan Austria yang jumlahnya lebih besar. Austria kehilangan 9.000 pasukannya tewas dan terluka, 7.000 tertawan, dan 8.000 melakukan desersi.
Sedangkan pihak Prussia kehilangan tak sampai 1.000 orangnya.
Kehebatan pasukan Prussia inilah yang selalu menginspirasi Hitler sehingga pasukan Nazi Jerman sukses menguasai Eropa Barat dan Sebagian Eropa Timur melalui taktik serbuan kilat pada awal-awal PD II.
(Baca juga: (Video) Demi Selamatkan Suaminya, Ibu Ini Tembaki Penjahat di Depan Rumah Mereka)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR