Advertorial

Frederick II, Nyaris Dihukum Mati Oleh Ayahnya Sendiri Tapi Malah Jadi Panglima Perang Idola Hitler

Ade Sulaeman

Editor

Kehebatan pasukan Prussia inilah yang selalu menginspirasi Hitler sehingga pasukan Nazi Jerman sukses menguasai Eropa Barat dan sebagian Eropa Timur melalui taktik serbuan kilat pada awal-awal PD II.
Kehebatan pasukan Prussia inilah yang selalu menginspirasi Hitler sehingga pasukan Nazi Jerman sukses menguasai Eropa Barat dan sebagian Eropa Timur melalui taktik serbuan kilat pada awal-awal PD II.

Intisari-Online.com - Karl Frederick dilahirkan di Berlin pada 24 Januari 1713.

Sebagai putra Raja Frederick William I dari Prussia yang menikahi Sophia Dorothea dari Hannover, yang adalah saudari Raja George II dari Inggris.

Dengan demikian Karl adalah cucu Raja Inggris George I.

Semasa kecilnya, dia telah dididik dengan keras oleh ayahnya yang terkenal dengan ketiranian dan kemiliteristikannya.

(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)

Dia membuat gusar ayahnya karena cenderung menyukai hal-hal yang lembut seperti musik dan kesusastraan.

Karena itu dia dicemplungkan ke dalam dunia militer yang keras. Tapi Pada usia belasan tahun, bersama kawannya dia melakukan desersi dari kesatuannya, Postdam Guards.

Mereka tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Temannya dieksekusi namun dia sendiri tertolong setelah para diplomat asing memintakan pengampunan kepada ayahnya.

Sejak saat itu, Frederick pun menekuni sepenuhnya kehidupan militer.

Pada usia 20 tahun, dia dijadikan kolonel pada Resimen Infanteri Von der Goltz.

Sekalipun menjalani kehidupan militer, dia tetap menyenangi seni dan filsafat, serta melakukan korespondensi dengan filsuf Perancis Voltaire.

Tapi akibat didikan keras ayahnya, dia pun bertumbuh menjadi orang yang menyukai peperangan (warmonger) dan menjadikan perang sebagai alat politik utama yang mengatasi sistem diplomasi.

Karena itu tak heran bahwa pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler, di kemudian hari merupakan pengagum beratnya.

(Baca juga: (Foto) Inilah 6 Kejadian Mengerikan yang Pernah Tertangkap Oleh Kamera 'Drone', Termasuk Saat Seseorang Dipenggal)

Pangeran Frederick dalam usia 27 tahun naik tahta Prussia setelah ayahnya meninggal pada 31 Mei 1740.

Dia mewarisi tentara sebanyak 80.000 orang yang dibangun oleh ayahnya.

Tentara ini merupakan yang terkuat di Eropa dan direkrut dari berbagai lapisan masyarakat.

Tetapi disatukan dengan kedisiplinan tinggi yang digemblengkan oleh Pangeran Louis dari Anhalt-Dessau.

Frederick kemudian menggariskan doktrin bahwa dalam setiap konflik, maka tentara Prussia harus berperang di luar wilayah Prussia sendiri.

Selain itu, tentara Prussia harus mencapai kemenangan menentukan dalam waktu sesingkat-singkatnya agar tidak terjebak dalam peperangan yang berlarut-larut.

Sikap Frederick yang agresif ini antara lain diperoleh dari pengalamannya sendiri yang dianggapnya sebagai suatu keaiban.

Dalam perang dengan Austria di Silesia (1740-1742) Frederick pernah kabur dari kancah pertempuran bersama satuan kavalerinya.

Dia sendiri amat malu dengan kejadian tersebut, sehingga sejak itu ia tidak pernah meninggalkan medan perang sebelum hasilnya jelas terbaca.

Akibatnya dia sendiri terkadang dihadapkan pada risiko bahaya, seperti pada pertempuran di Chotusitz.

Dalam pertempuran yang dimenangkan pasukan kavalerinya, dia terselamatkan hanya karena kecakapan para jenderal dan pasukannya yang terlatih baik.

Sewaktu Kaisar Charles VI dari Austria meninggal pada 20 Oktober 1740, maka Kekaisaran Habsburg diwariskan kepada Maria Theresa.

Namun suksesi ini tidak lancar karena adanya klaim atas tahta dari pihak-pihak lain.

Raja Frederick menawarkan dukungan kepada Maria Theresa namun minta imbalan wilayah Silesia.

Tatkala Ratu Austria menolak tawaran Frederick, maka raja muda dari Prussia itu pun awal 1741 mengerahkan 28.000 tentaranya untuk merebut Silesia.

Perang berkepanjangan dengan Austria pun dimulai.

Dalam salah satu pertempuran di Silesia inilah, yaitu di Mollwitz pada 10 April, Frederick harus menanggung malu karena lari dari front akibat serangan kavaleri Austria yang lebih superior.

Namun pasukan infanteri Prussia pimpinan Count von Schwerin bertahan, bahkan akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Austria.

Kejadian tersebut membuat Frederick semakin kuat niatnya untuk mereorganisasi tentaranya, khususnya kavalerinya.

Proses peningkatan inilah yang kemudian menguras perhatian dan energinya selama tahun-tahun berikutnya.

Pada bulan Mei 1742, dalam Perang Silesia Pertama itu terjadi pertempuran menentukan di dekat Chotusitz.

Pasukan kavaleri Prussia yang sudah dibenahi Frederick berhasil membuktikan kemampuannya dengan gemilang, disusul dengan kemenangan pasukan infanterinya.

Kemenangan yang menentukan ini memaksa Maria Theresa untuk berdamai dengan Frederick melalui Perjanjian Breslau, dan wilayah Silesia pun masuk ke Prussia.

Kemenangan ini juga meniupkan kepercayaan bahwa tentara Prussia adalah tentara yang paling tangguh dan tak terkalahkan.

Sekalipun demikian ancaman dari Austria tetap membayangi.

Apalagi Frederick selalu curiga Maria Theresa akan berusaha merebut kembali Silesia.

Raja Prussia ini pun lalu membuat aliansi dengan Perancis dan Bavaria, namun tidak bertahan lama.

Tentara Prussia yang ditempatkan di Silesia selalu diganggu oleh pasukan iregular Austria dan Hongaria.

Namun Frederick dapat mengatasinya dengan membuat jejaring mata-mata, termasuk menyebarkan informasi palsu mengenai kekuatan tentaranya yang diam-diam disiapkan untuk menghadapi Austria.

Pada 3 Juni 1745 malam hari, 60.000 pasukan Prussia dengan cepat bergerak secara rahasia dan melakukan serangan dadakan terhadap 80.000 pasukan Kekaisaran Austria yang dipimpin Charles VII.

Dalam pertempuran hebat pagi hari yang hanya berlangsung dua jam, pasukan Prussia dengan kedisiplinannya berhasil menggulung pasukan Austria yang jumlahnya lebih besar. Austria kehilangan 9.000 pasukannya tewas dan terluka, 7.000 tertawan, dan 8.000 melakukan desersi.

Sedangkan pihak Prussia kehilangan tak sampai 1.000 orangnya.

Kehebatan pasukan Prussia inilah yang selalu menginspirasi Hitler sehingga pasukan Nazi Jerman sukses menguasai Eropa Barat dan Sebagian Eropa Timur melalui taktik serbuan kilat pada awal-awal PD II.

(Baca juga: (Video) Demi Selamatkan Suaminya, Ibu Ini Tembaki Penjahat di Depan Rumah Mereka)

Artikel Terkait