Kondisi pasukan Romawi menjadi terjepit. Namun hasil penggemblengan Caesar terbukti ampuh.
Walau kalah jumlah, mereka bertahan dengan gigih. Pada saat kondisi kritis, Caesar membawa sekitar 6.000 pasukan berkuda menerobos pasukan Commius.
Gerakan berani dan tiba-tiba ini kontan menaikkan moral pasukan Romawi.
Di lain pihak, pasukan Commius lari tunggang langgang. Sedangkan pasukan Vercingetorix yang sebenarnya sudah kepayahan menjadi anjlok semangatnya.
Pada akhirnya, Vercingetorix sebagai komandan tertinggi pasukan Galia menyerahkan diri dengan terhormat pada bulan September 52 SM.
Kemenangan Caesar atas Galia melambungkan namanya di seantero Romawi.
Pada saat itulah timbul keinginan Caesar untuk memegang kekuasaan penuh dan tunggal atas Romawi.
Ia berkeinginan mengubah Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Ia ingin disambut besar-besaran ketika kembali ke Roma.
Tentu saja keinginan ini ditentang oleh Senat dan dua kompatriotnya dalam triumvirat, Marcus Licinus Crassus dan Gnaeus Pompeius Magnus.
Caesar justru dilucuti kekuasaannya dan diharuskan masuk ke kota Roma sebagai orang biasa.
Caesar memberontak, karena jika ia masuk ke Roma tanpa pasukan, sama saja dengan bunuh diri.
Malam hari tanggal 10 Januari 49 SM, Caesar membawa pasukannya menuju kota Roma dengan menyeberang kota Rubicon.
Sejak itu dimulailah perang saudara selama kurang lebih empat tahun dan dimenangkan oleh Caesar.
Pada Oktober 45 SM, Caesar kembali memasuki Roma dan kali ini sebagai pemenang.
Walaupun organisasi Senat masih ada, Caesar menjelma menjadi ditaktor militer yang berkuasa penuh.
Intrik politik Caesar dengan Senat menjadi-jadi.
Puncaknya pada 15 Maret 44 SM, dalam suatu pertikaian sengit di Senat, Caesar dibunuh oleh dua anggota Senat Marcus Junius Brutus dan Gaius Cassius Longinus.
(Baca juga: Alat Bantu Kehidupan Putranya akan Dicabut RS, Pria Ini Berjuang Mati-matian karena Yakin Putranya akan Sembuh)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR