Dalam kondisi negara yang demikian, Caesar tumbuh dewasa. Pada awalnya Caesar tidak terlihat sebagai orang yang ambisius.
(Baca juga: Gara-gara Telat Lakukan Ini, Puluhan Ribu Pasukan Jepang Mati Sia-sia saat Perang Dunia II)
Walaupun kadang bisa terlihat kasar bahkan kejam terhadap musuh, namun Caesar sangat santun jika berhubungan dengan orang sebangsa.
Oleh karena itu karirnya terlihat lambat , hingga ia berusia 42 tahun.
Ketika itu Caesar diangkat menjadi konsul dan membawahi tiga propinsi yaitu Cisalpine Gaul (bagian utara Italia), Illyricium (daerah pantai Yugoslavia) dan Narbanese Gaul (Perancis).
Saat itu Caesar membentuk triumvirat yang terdiri dari dirinya, Marcus Licinus Grassus dan Gnaeus Pompeius Magnus.
Triumvirat inilah sesungguhnya penguasa Romawi, walaupun masih ada Senat (semacam DPR) yang juga memegang kekusaan sentral.
Pada saat menjabat sebagai gubernur itu, Caesar hanya membawahi sekitar 20.000 prajurit dari berbagai divisi.
Padahal ia berambisi untuk memperluas daerah jajahan Romawi. Di antaranya akan menguasai daerah-daerah Belgia, Swiss, Jerman dan Belanda serta sisa-sisa tanah di Perancis yang masih dikuasai bangsa Galia.
Untunglah Caesar dikaruniai bakat sebagai mentor yang hebat. Ia terbiasa menggembleng pasukannya dengan sangat berat.
Di antaranya melakukan longmarch. Untuk mengangkat moral pasukan, dalam beberapa sesi perjalanan, Caesar memimpin pasukannya langsung.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR