Advertorial
Intisari-Online.com -Salah seorang tokoh Nazi yang banyak berperan dalam aksi pemusnahan bangsa Yahudi (holocaust) secara kejam dan brutal adalah Adolf Eichmann.
Ia dilahirkan di Solingen, Jerman, pada 19 Maret 1906.
Perwira SS kepercayaan pemimpin tertinggi SS, Reinhard Heydrich initerlebih dahulu mengikuti Konferensi Wannesse sebelum melaksanakan holocaust.
Konferensi itu berupa rapat rahasia pada Januari 1942 yang memutuskan “Solusi Final” terhadap kaum Yahudi: berupa sistem memusnahkan kaum Yahudi secara efektif dan efesien serta murah.
Caranya, tawanan Yahudi dimasukkan ke bungker khusus tanpa ventilasi lalu diasapi dengan mesih disel.
(Baca juga:Mengancam Kudeta, Pemberontak Yaman Selatan Menyerbu Kantor Presiden di Aden)
(Baca juga:Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!)
Mayat-mayat warga Yahudi kemudian langsung didorong ke krematorium raksasa sehingga ketika sudah keluar hanya berujud abu dan arang.
Dalam pelaksanaan “solusi” itu, Eichmann-lah yang mengelola fasilitas dan logistik bagi deportasi massal kaum Yahudi ke kamp-kamp eksterminasi di wilayah Eropa Timur yang dikuasai Nazi.
Sebagai orang kepercayaan Heydrich dan merupakan salah satu dalang dalam program pemusnahan orang-orang Yahudi, Eichmann tahu betul apa risikonya jika sampai tertangkap pasukan Sekutu.
Maka menjelang Perang Dunia II berakhir dan Jerman sudah tak mampu lagi bertempur melawan Sekutu, Eichmann sudah mempersiapkan diri dengan mengubah jati dirinya.
Salah satu cara untuk mengubah jati diri itu adalah dengan mengubah namanya menjadi Otto Eckmann.
Pada akhir PD II Eichmann memang sempat tertangkap tentara AS yang saat itu dikenal tidak sekejam pasukan Soviet dan ia diperlakukan sebagai tawanan perang sesuai Konvesi Jenewa.
(Baca juga:Saling Tembak di Udara, Pesawat Nazi dan Sekutu Jatuh tapi Para Awaknya Malah Saling Bantu untuk Survive)
Namun karena mereka belum tahu siapa Eichmann sebenarnya, apalagi ia memakai nama “Otto Eckmann”, penjagal Yahudi itu aman-aman saja di penjara.
Eichmann bahkan punya waktu yang cukup untuk merancang cara melarikan diri dan kemudian mewujudkannya.
Upaya untuk kabur itu ternyata berhasil. Pada awal 1946 ia berhasil lolos dari tahanan dan bersembunyi.
Sebagai mantan perwira SS Eichmann paham betul bagaimana cara meloloskan diri dari Jerman sebelum dirinya tertangkap lagi dan jati dirinya terungkap.
Selama bersembunyi, Eichmann sama sekali tidak melakukan kontak dengan keluarganya kurang lebih lima tahun.
Taktik memutuskan komunikasi itu ternyata berhasil sehingga para pemburu tokoh Nazi dari pengadilan Nuremberg dan tim yang terdiri dari orang-orang Yahudi (lebih dikenal sebagai The Avengers alias tim pembalas dendam) betul-betul kehilangan jejak.
Tahun 1950 dengan memanfaatkan situasi politik Jerman yang tak menentu dan diwarnai gelombang pengungsian ke negara lain, Eichmann mulai menjalankan rencananya.
Dia memutuskan pergi ke Italia, menyaru dengan nama lain lagi; sebagai pengungsi dengan nama Richardo Klemens.
Status baru sebagai pengungsi itu sekali lagi menyebabkan Eichmann lolos dari pemeriksaan dan sukses melenggang ke Italia.
Berkat pertolongan para rekannya, selama di Italia, Eichmann bahkan memiliki waktu yang cukup untuk membuat rencana dan melarikan diri sejauh mungkin dari Eropa.
Para rekan Eichmann selama bermukim di Italia rupannya para simpatisan Nazi yang ingin ideologinya terus berjaya.
Maklum selama Hitler berkuasa, Italia yang saat itu dipimpin oleh teman dekatnya, Mussolini, merupakan negara pendukung utama bagi Nazi Jerman.
Orang-orang Italia yang pro Nazi pun masih banyak dan dengan suka hati membantu Eichmann yang saat itu berencana melarikan diri ke negara yang memperbolehkan paham seperti Nazi hidup, yaitu Argentina.
Presiden Juan Peron yang berkuasa saat itu bahkan dikenal sebagai simpatisan Nazi dan bersedia menerima para pelarian tokoh Nazi juga dengan senang hati.
Sekali lagi Eichmann melaksanakan penyamaran untuk pergi ke negara yang juga merupakan pelarian bagi para tokoh Nazi seperti mantan pilot Stuka, Hans Ulrich Udel dan si penjagal Yahudi, Dr. Yosef Mangele.
(Baca juga:Tes IQ: Cukup Jawab 3 Pertanyaan untuk Melihat Tingkat Kecerdasan Anda, Yuk Coba!)
Untuk berlayar ke Argentina yang perlu waktu berhari-hari, Eichmann memakai nama samaran Italia, Richardo Klement.
Berkat samaran dan bantuan para rekannya itu, ia berhasil naik kapal ke Argentina.
Di negara baru ini ia tinggal di kawasan San Fernando dekat ibukota Buenos Aires dan bekerja di pabrik, sebagai insinyur bagian air, serta peternak kelinci.
Setelah dua tahun bermukim di Argentina dan sempat pindah kerja sebagai teknisi di Capri Film lalu tinggal di kawasan Tucuman, Eichmann diam-diam mendatangkan istri dan dua anaknya.
Maksud Eichmann mendatangkan keluarganya ternyata untuk melestarikan semangat Nazi yang secara politik masih bisa ditumbuhkan di Argentina.
Dua anaknya kemudian belajar di sekolah internasional German School yang terang-terangan mempropagandakan semangat pro-Nazi dan anti-Semit.
Dua anaknya bahkan berani menggunakan nama belakang keluarga Eincmann sehingga jati diri sebagai orang asli Jerman mulai terbuka dan bukan lagi keluarga Italia.
Tapi pada bulan April 1953 Carpri Film bangkrut dan keluarga Eichmann terpaksa pindah ke Buenos Aires untuk mencari pekerjaan baru.
Bulan Maret 1959, Eichmann mendapat pekerjaan sebagai teknisi di perusahaan Mercedes-Benz dan tetap menggunakan nama samaran sebagai keluarga Italia, Richardo Klement.
Berkat pekerjaan baru itu keluarga Eichmann di Buenos Aires pun bisa hidup nyaman dan sejahtera.
(Baca juga:Terungkap, Sekelompok Korban Selamat Holocaust Pernah Membalas Dendam dengan Meracuni Ribuan Orang Jerman)