Namun ketika akan menguasai lagi wilayah-wilayah lainnya, Belanda menemui perlawanan dari kaum nasionalis Indonesia yang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
(Baca juga: DynCorp, Pabrik Tentara Bayaran yang Memproduksi Manusia Penjual Nyawa)
Konflik akhirnya diselesaikan dengan perundingan Konferensi Meja Bundar di den Haag, Agustus 1949.
Tetapi masalah pendudukan Belanda atas Irian Barat tidak diselesaikan di situ.
Keadaan status quo di Irian Barat dibiarkan untuk sementara, namun dalam satu tahun masa depan wilayah ini akan diselesaikan dengan perundingan.
Setahun kemudian cita-cita Bung Karno untuk mempersatukan Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan tercapai pada 15 Agustus 1950, dengan pembubaran negara federal RIS yang diotaki Belanda, menjadi NKRI.
Namun Irian Barat tetap menjadi ganjalan, dan bagi Bung Karno revolusi Indonesia belum akan selesai manakala Irian Barat belum kembali ke NKRI.
Usaha merundingkannya sesuai janji dari KMB selalu menemui jalan buntu, karena Belanda ternyata enggan melepaskannya.
Berbagai tekanan terhadap Belanda dijalankan, seperti unjuk rasa, nasionalisasi, pemulangan warga negara Belanda dari Indonesia, pemutusan “hubungan khusus” Uni Indonesia-Belanda (dari hasil KMB yang bagi RI tak ada artinya), hingga putusnya hubungan diplomatik dan perekonomian.
Tetapi itu semua tak membuat Belanda tergerak.
Sampai akhirnya Bung Karno mencanangkan Tri Komado Rakyat pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta, disusul persiapan aksi militer ke Irian Barat dengan Komando Mandala yang dipimpin Mayjen Soeharto.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR