Sementara latihannya terdiri dari dua kali terjun tunggal dan empat kali dalam rangkaian.
Demonstrasi terjun payung untuk pertama kali dilakukan di hadapan publik pada 4 Oktober 1936.
Penerjunan dilakukan di Buckeberg. Sebanyak 36 Fallschirmjager di bawah komando Oberleutnant Kroh, terjun dari tiga pesawat Ju-52.
Berbeda dengan kebanyakan negara seperti Persemakmuran Inggris dan AS, Fallschirmijager sebagai unit infanteri merupakan bagian dari AU bukan AD.
Konsepnya pun berbeda dengan pasukan payung Heeres (AD). Konsep Luftwaffe adalah pasukan payung dengan kemampuan komando.
Beroperasi dalam skala kecil dengan target-target strategis.
Kemampuan komando Fallschirmjager sudah terbukti dalam serangan di Norwegia/Denmark, benteng Eben Emael, Canal Corinth, Gran Sasso, Monte Rotondo, pulau Dodecanese dan lainnya.
Selama PD II peralatan yang dimiliki Nazi Jerman sebenarnya minim.
Seperti kurangnya pesawat angkut pasukan payung untuk menunjang operasi skala besar dan bahan bakar yang juga minim.
Hal ini membuat Fallschirmjager tetap sebagai pasukan infanteri elit seperti pada pertempuran di Leningrad, Monte Cassino, Normandy, Ardennes, dan pada sektor-sektor operasi darat lainnya.
Sampai akhir PD II, Fallschirmjager tumbuh menjadi 11 divisi.
Walaupun terdapat perbedaan konsep antara Luftwaffe dengan Heeres, namun keduanya dipraktikan secara nyata oleh Nazi Jerman.
Karena terbukti ampuh Fallschrimjger bahkan menjadi acuan negara-negara lain termasuk Inggris dan Amerika yang baru mengembangkannya di tahun 1941.
Mereka memutuskan meniru taktik tempur pasukan payung Nazi yang hebat itu setelah secara diam-diam mempelajari operasi-operasi Fallschirmjager di tahun sebelumnya.
(Baca juga: (Foto) Kisah Memilukan dari Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR